Rabu, 30 Maret 2011

Duniaku akan berarti

Ketika seseorang mengetahui, aku ingin tahu juga
Ketika kau tahu, aku ingin tahu juga
Ketika kau mengerti, aku ingin mengerti juga
Ketika kau memberi pengarahan, aku ingin selalu bisa

Kau selalu berada dalam hatiku
Namun, akankah kau tahu?
Apa yang aku tahu?

Kau pasti merasa jauh
Jauh dari kehidupanku
Namun, aku takkan merasa itu
Aku kan merasa selalu dekat denganmu

Andai aku
BIsa menggapai keinginanku
Pasti kan menjadi suatu
Yang penuh dengan jejak-jejakmu

Bisakah hal itu terbukti?
Dapatkah suatu hari terjadi?
Akankah dunia depanku kan mengerti?
Jika aku dan engkau kan berarti,,,,,

Minggu, 27 Maret 2011

Mitos yang Berkembang

Istilah manusia dan kebudayaan tidak bisa tidak harus ditempatkan dalam pengertian saling menyifati . Maka setiap menyebut kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan milik manusia, yang diciptakan oleh manusia, dan digunakan sebagai sarana kehidupan. Dalam fakta kehidupan budaya bisa berkembang sehingga menjadi tidak terkendali oleh manusia yang mendukungnya, berkembang menjadi misterius yang tidak dapat lagi dikuasai secara ilmu pengetahuan dan berubah menjadi fakta alami seperti, mitos. Mitos salah satu dari kebudayaan. Mitos adalah pengetahuan dan kepercayaan baru yang bermunculan pada waktu nenek moyang kita dan timbul disebabkan keterbatasan alat indera dan pengetahuan manusia .

Rasa keingintahuan manusia tidak puas hanya dengan dasar pengalaman saja. Dengan demikian mereka mereka-reka sendiri suatu kejadian atau jawaban atas rasa keingintahuannya. Contoh, mereka melihat adanya gerhana bulan, mereka ingin tahu penyebab terjadinya, karena keterbatasannya dalam ilmu pengetahuan, maka mereka beranggapan bahwa gerhana bulan terjadi karena adanya raksasa yang marah dan menelan bulan. Ketika gerhana terjadi, orang-orang menepuk tanaman-tanaman yang bermanfaat untuknya, seperti pohon kelapa, jeruk, jambu, dan sebagainya, dengan tujuan tanaman-tanaman bisa cepat berbuah. Tidak hanya tanaman, namun juga hewan peliharaannya seperti sapi, kerbau, kuda dan ayam.

Contoh lain, ada orang bertanya,’’ Apa penyebab gunung-gunung meletus?’’, karena tidak dapat dijawab, maka mereka mengatakan bahwa di dalam gunung ada penghuninya, apabila ia marah, akan mengeluarkan apa yang ada didalam gunung itu. Dengan tujuan orang sekitar mengetahui kalau ia marah. Jawaban itu mereka temukan dengan mereka-reka, apabila dihubungkan dengan ilmu pengetahuan, maka tidak sesuai dengan kenyataannya. Orang-orang juga mengatakan bagi seorang perempuan tidak diperbolehkan makan dipintu, karena dianggap bisa menyebabkan sulitnya untuk mendapatkan jodoh. Contoh lain, apabila ada orang yang mau mengadakan acara, ia tidak boleh pergi jauh dari rumah sekitar dua minggu sebelum acaranya, karena kepercayaan mereka akan adanya bencana yang akan datang apabila ia keluar dari rumah. Dalam acara pernikahan orang yang akan menikah dilarang mandi, mereka berkeyakinan bahwa adanya ketidaklancaran acara bila calon pengantin mandi, seperti adanya hujan.

Dalam acara pernikahan mereka juga memasang dua pohon pisang didepan pintu yang keduanya berbuah. Hal ini sebagai tanda bahwa adanya seorang laki-laki dan seorang perempuan bertemu kemudian mereka menikah. Calon suami istri juga tukar cincin. Hal tersebut dimaksudkan supaya pernikahan bisa tetap atau langgeng, karena cincin berbentuk bulat dan apabila ada orang yang berjalan diatsnya mereka tidak akan bisa berhenti., dengan kata lain mereka akan selalu berjalan terus. Ada juga orang yang mau menikah ia membuat jadah dan wajik, mereka menggap bahwa dengan jadah dan wajik itu antara suami dan istri akan lebih harmonis, karena jadah dan wajik dibuat dari ketan, dan ketan sebelum dimasak akan hambur, namun jika telah dimasak akan lengket antara ketan yang satu dengan ketan yang lain, selain itu juga lengket dengan benda-benda yang lain. Dengan demikian mereka menganggap bahwa orang yang belum menikah akan kelihatan belum begitu akrab dengan orang yang akan diajak menikah. Namun jika mereka telah menikah akan menjadi lakrab seperti lengketnya ketan jika sudah dimasak. Selain itu ada yang mengatakan bahwa seorang perawan tidak boleh makan telur yang belum sempurna, karena mempersulit adanya keturunan. Dengan kata lain bila akan punya keturunan selalu gagal. Anak yang masih sekolah tidak boleh makan pantat ayam, karena menjadikannya sulit dalam memahami pelajaran. Namun jika orang yang sudah besar dan sudah selesai sekolah tidak berpengaruh. Pada tanggal satu Syuro ada yang magengan, yaitu membawa makanan ketepi laut, ada juga yang membasuh kerisnya, mereka menganggap tanggal satu Syuro adalah hari yang dikeramatkan. Namun hal ini banyak dibudayakan oleh orang-orang yang dekat dengan laut.

Semua cerita-cerita tersebut adalah hasil dari kelompok, sebagai kepercayaan baru untuk memenuhi rasa keingintahuan mereka. Meskipun jika dihubungkan dengan ilmu pengetahuan tidak ada hubungannya. Dengan demikian cerita-cerita tersebut timbul karena keterbatasan manusia dalam ilmu pengetahuan, dan sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat, karena merupakan tradisi yang diyakininya. Dikatakan sebagai tradisi karena diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya .
Pada masa modern ini juga ada kebudayaan baru yang mana menunjukkan adanya cara berfikir yang rasional, menonjolnya kebebasan dan penggunaan tekhnologi dengan tepat. Dengan kata lain kebudayaan pada waktu sekarang ini berdasarkan dengan ilmu pengetahuan. Namun juga ada yang dikatakan tidak sesuai dengan agama, misal kebudayaan orang barat yang hanya menggunakan celana dalam bila ia berada dipantai, padahal pantai tempat banyak orang dan agama islam pun juga menyuruh kita untuk menutupi aurot.

Sumber bacaan,
Johanes Mardinin, Jangan tangisi tradisi, (Yogyakarta;KANISIUS,1994)Hal 48 dan 13
Drs. Mawardi dan Ir. Nur Hidayati, IAD,IBD, ISD, (Bandung:PUSTAKA SETIA, 2007), Hal 13

Sabtu, 26 Maret 2011

Ku Persembahkan tuk kakak-kakakku

Hari sabtu telah tiba
Terlihat suasana yang ceria
Bermekarlah sang bunga
Tuk menghiasi dirinya

Ramai.....
Sangat ramai.....

Jalan-jalan di penuhi kebahagiaan
Semua orang melihatmu
Semua orang ingin sepertimu
Semua orang berdoa untukmu

Kakak-kakakku...
Ingatlah janji-janjimu
Berjalanlah sesuai ikrarmu
Jangan kau hilangkan ingatanmu pada guru dan dosen-dosenmu

Aku tak bisa memberi apa-apa
Aku hanya bisa berdoa
Semoga sukses selamanya
Tuk kakak-kakakku yang ada di sana...

Kamis, 24 Maret 2011

Akankah kau mengenal diriku?

Aku tidak tahu apa ini?
Aku tidak tahu kenapa?
Aku tidak tahu kemana?
Aku tidak tahu,,,,!!!!

Tahukah dirimu?
Seseorang yang merindukanmu?
Seseorang yang selalu mengingatmu?
Seseorang yang ingin selalu bersamamu?

Mungkin inilah jalan hidupku
Selalu merasa kurang
Namun akankah selalu begini?
Kapan aku bisa merasa memiliki?

Apa yang terjadi
Adalah kehendak Ilahi
Semua pasti
Akan berarti..

Rabu, 23 Maret 2011

Sedekah bumi Desa Bancang


SEDEKAH BUMI
Orang jawa masih melestarikan kebudayaan- kebudayaan yang ditumbuhkan nenek moyangnya. Misal mereka masih melakukan sedekah bumi yang merupakan salah satu kegiatan sebagai cara untuk bersyukur kepada Allah. Secara ilmiah sedekah bumi merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di pulau jawa yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang jawa terdahulu.[1]
Acara ini biasanya dilakukan pada bulan-bulan pertengahan tahun, seperti Juni, dan diadakan satu kali dalam satu tahun. Acara ini biasanya dilakukan oleh para petani dan nelayan, karena mereka mendapatkan rizki dari bumi atau alam. Mereka melakukannya jika hasil-hasil sawah atau perkebunan sudah panen. Dengan demikian mereka merasa apa yang diusahakan telah didapatnya, dan wajib baginya untuk mensyukuri nikmat yang telah mereka dapatkan, khususnya nikmat yang berasal dari hasil-hasil bumi atau alam, seperti dari sawah, ladang, serta dari laut.
Dalam menentukan hari pelaksanaan mereka juga masih menggunakan hitungan-hitungan Jawa. Sekitar satu bulan sebelum acara, kepala desa mengadakan rapat dan membahas tentang sedekah bumi. Rapat itu dihadiri oleh seluruh ketua RT, RW, beberapa perangkat desa, dan kepala keluarga. Mereka membahas kapan acara dilakukan, dari mana modalnya, seperti apa acaranya dan sebagainya.
Beberapa hari sebelum acara, masyarakat membuat berbagai macam makanan dan membagikannya kepada orang-orang yang tinggal di sebelah desanya, selain itu mereka juga memberikannya kepada saudara-saudaranya yang tinggal di luar desa, untuk menjalin persaudaraan antar sesama, sebagaimana perintah agama islam, dalam hadist Nabi telah diterangkan, “ Orang mukmin itu bagaikan satu jasad, bagaikan bangunan yang saling mengokohkan”. ( HR. Muslim) [2]
Tepat pada pagi hari acara, mereka juga membuat makanan-makanan dan membawanya ke tempat yang mereka sepakati, biasanya mereka bersepakat untuk membawanya ke tempat-tempat sumber air seperti sumur, baik di sumur umum maupun di sumur pribadi. Selain itu mereka juga membawanya ke rumah kepala desa, karena untuk menghormatinya. Di sana mereka tasyakuran bersama dengan dipimpin oleh seorang imam yang dipandangnya lebih mengerti tentang agama, seperti kyai, dan memakan makanan-makanan itu bersama-sama. Mereka sepakat ke sumber-suber air, karena ini tidak terlepas dari awal tujuan mereka yaitu bersyukur atas nikmat yang diberikan melalui alam. Dan sumur merupakan sumber mata air yang sangat bermanfaat dan berasal dari alam, sebagai tanda kecintaannya kepada alam semesta.
Acara sedekah bumi biasanya diisi dengan pagelaran-pagelaran, seperti wayang, ketoprak, ludruk, dan sebagainya, namun juga ada yang dimeriahkan dengan ceramah-ceramah agama serta dzikir bersama, yang dilakukan di masjid atau di tempat yang lebih luas dari masjid, dengan harapan seluruh masyarakat bisa mendapatkan tambahan ilmu, serta mengingat anjuran untuk berdzikir. Dalam Al quran diterangkan dalam surat Al ahzab ayat 41-42 yang artinya, “ Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah ( dengan menyebut nama ) Allah sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang”.[3]
Masyarakat lebih memilih pagelaran keoprak dan ceramah agama, dari pada yang lainnya, mereka menganggap bahwa pagelaran ketoprak wajib diadakan setiap acara sedekah bumi, karena berkeyakinan bahwa akan timbul bencana alam jika tidak diadakan pagelaran ketoprak, sebab makhluk ghoib yang berada di desanya marah.
Biaya yang digunakan  untuk sedekah bumi adalah hasil dari iuran masyarakat, dan setiap kepala keluarga iurannya tidak sama, namun disesuaikan dengan kemampuan mereka. Bagi masyarakat yang tergolong menengah kebawah, mereka dibebani iuran sebesar Rp. 20.000,00. Sedangkan yang tergolong menengah keatas mereka dibebani iuran sebesar Rp. 30.000,00, dan untuk yang tergolong kurang mampu sebesar Rp. 10.000,00.
 Biaya yang diperlukan untuk mengadakan pagelaran ketoprak ini kira-kira sebesar Rp. 5.000.000,00, ini belum termasuk uang makan. Sedangkan biaya yang diperlukan untuk mengadakan ceramah agama  kira-kira menghabiskan uang sebesar Rp. 3.000.000,00 ini pun juga diambilkan dari iuran masyarakat, karena sedekah bumi adalah acara yang diadakan oleh masyarakat dan untuk menyenangkan hati masyarakat. Mereka bersama-sama mengadakan hal-hal yang mereka anggap bermanfaat serta bisa menghiburnya.










































































           


[1] Miftahblogspotcom. blog. com.
[2] M. Saefudin, fenomena kemasyarakatan, ( Yogyakarta: DINAMIKA,1996), Hal 67
[3] QS. Al Ahzab (33): 41-42.
Aku berjalan tanpa melihat arah.
Ku langkahkan kakiku sepanjang jalan,
Ku telusuri lembah-lembah yang berduri
Hingga terlukai kakiku ini

Namun, aku tahu ,,
Semua kan ada,
Iya,,, kan ada
Ada hikmahnya..

Masa lalu sebagai pelajaran
Sakitnya kakiku hanyalah cobaan

Terima kepedihan pasti kan berhenti
Hingga waktu kan menghampiri
Keyakinan kan selalu mempercayai
jika semua pasti berhenti

Kini kurasa berbeda,
Ku telah menuju kesana,,
Akankah diriku bisa
Menggapai cita-cita.