Sabtu, 02 April 2011

DASAR-DASAR QURANI DAN HADIST TENTANG AKHLAK TASAWUF

DASAR-DASAR QURANI DAN HADIST TENTANG AKHLAK TASAWUF

Sekarang ini, banyak buku-buku yang membahas tentang tasawuf dan banyak penduduk yang berminat untuk mempelajarinya. Kita lihat negara-negara yang mayoritas beragama Islam, banyak sekali di situ kita temui berbagai buku yang menerangkan tentang tasawuf.hanya saja tingkat ketertarikan seseorang tidak dapat diklaim sebagai sebuah penerimaan yang menyeluruh terhadap ilmu tasawuf. Ketertarikan mereka terhadap tasawuf dapat dilihat dari dua kecenderungan, pertama kecenderungan terhadap kebutuhan fitroh, yaitu kita mempelajari akhlaq tasawuf karena keinginan nurani kita sendiri dan yang kedua kecenderungan pada persoalan akademis, yaitu kita mempelajarinya karena sudah menjadi kewajiban kita, misal kita di sekolah wajib mengikuti pelajaran akhlaq tasawuf padahal sebenarnya kita tidak ingin mempelajarinya.
Agama Islam memiliki dua dasar dalam melakukan perbuatannya dalam sehari-hari, maka dasar akhlak tasawuf juga berasal dari dua sumber itu, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Dinyatakan dalam hadits nabi
عَنْ اَنَسٍ ابْنِ مَالِكٍ قَالَ النَّبِىُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ.
Artinya:
“Dari Anas bin Malik berkata: Bersabda Nabi SAW: telah ku tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara yang apabila kamu berpegang pada keduanya maka tidak akan tersesat yaitu kitab Allah dan sunnah RosulNya”.
Dengan demikian diketahui bahwa dasar-dasar atau pegangan orang Islam adalah al-Qur’an dan al-Hadits yang mana orang yang melakukan syariat-syariat islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits maka orang itu tidak akan merasa rugi.


1. Dasar-dasar Al-Qur’an tentang Akhlak Tasawuf
Al-Qur’an merupakan dasar agama Islam yang di dalamnya termasuk “Akhlak Islam”. Beberapa masalah yang timbul bisa diselesaikan melalui al-Qur’an, sebagaimana salah satu fungsi al-Qur’an yaitu sebagai keputusan terakhir apabila dalam al-Hadits tidak diterangkan. Namun tidak semua masalah akhlak bisa dicari dalam Al-Qur’an, contohnya tentang masalah yang bermunculan pada masa sekarang, maka orang Islam menggunakan hasil dari ijtihad para Ulama, namun Ulama juga mengkaitkan jawaban-jawabannya itu dengan merujuk pada dasar-dasar Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dengan demikian Ulama mengambil keputusan dengan cara menyamakan kejadian maupun problem-problem sekarang dengan masalah-masalah yang ada ketika Al-Qur’an diturunkan, maka Al-Qur’an digunakan sebagai dasar untuk mencari kesimpulan atau mencari mana akhlak yang sebaiknya dilakukan. Namun demikian dalam pembentukan akhlak ini, Islam juga menghargai pendapat akal pikiran yang sehat sejalan dengan Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Peranan akal pikiran dalam ajaran Islam demikian besar dan dihargai adanya, termasuk peranannya dalam menjabarkan masalah akhlak. Ajaran akhlak yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah bersifat absolute dan universal serta mutlak, yakni tidak dapat ditawar-tawar lagi dan akan berlangsung sepanjang zaman. Namun dalam penjabaran ajaran Al-Qur’an yang absolute itu bentuknya berbeda-beda sesuai dengan keadaan masyarakat atau sesuai dengan yang diakui masyarakat. Dengan demikian ajaran akhlak dalam Islam dapat diterima oleh seluruh masyarakat berdasarkan hasil ijtihad akal pikiran. Sebagai contoh menutup aurat adalah merupakan akhlak yang bersifat absolute, mutlak dan universal, tetapi bagaimana cara dan bentuk menutup aurat itu dapat berbeda-beda. Untuk menentukan cara dan bentuk menutup aurat tersebut diperlukan pemikiran akal yang sehat.
Ketika Aisyah ditanya oleh sahabat tentang akhlak Rosulullah ia menjawab “Al-Qur’an”. Para sahabat terkenal sebagai penghafal al-Qur’an kemudian menyebarkannya disertai pengamalan atau penjiwaan terhadap isinya. Mereka melakukan dan mengamalkan akhlak Rosulullh yaitu akhlak Al-Qur’an. Dalam kitab al-Luma yang ditulis oleh Abi Nashr As-Siraj Ath-Thusi dikatakan bahwa dari Al-Qur’an dan As-Sunnah itulah para sufi pertama-tama mendasarkan pendapat mereka tentang moral dan tingkah laku, kerinduan dan pada Illahi, dan latihan-latihan rohaniyah mereka yang di susun demi terealisasinya tujuan kehidupan mistis (hal yang berhubungan dengan sesuatu yang ghoib) .
Tasawuf sebenarnya merupakan bagian dari penelaahan rahasia di balik teks-teks Ilahiah secara ringkas. Al-Qur’an menjelaskan konsepsi tasawuf dalam bentuk dorongan manusia untuk menjelajahi dan menundukkan hatinya. Serta tidak tergesa-gesa untuk puas pada aktifitas dan ritual yang bersifat lahiriah . Seperti dinyatakan dalam ayat berikut.
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ (الحديد : 16)

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kapada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya diturunkan Al-Kitab kepadaNya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mareka, lalu hati mareka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mareka adalah orang-orang yang fasik(Q.S. Al-Hadida [57]:16).
Ajaran islam secara umum mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah, ajaran yang bersifat batiniyah nanti akan menimbulkan hati mareka menjadi keras. Dengan demikian unsur kehidupan tasawuf mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam yaitu As-Sunnah, Al-Qur’an serta praktek kehidupan nabi dan para sahabatnya, antara lain Al-Qur’an menerangkan tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai dengan tuhan .

Hal itu difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ( المائدة : 54)

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersifat lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersifat keras pada orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela, itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah maha luas (pemberianNya) lagi maha mengetahui “. (Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54)
Allah juga memerintahkan manusia agar senantiasa bertaubat membersihkan diri dan selalu memohon ampun kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya dari-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (التحريم : 8)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beriman bersama dengan dia, sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mengatakan, “ Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”. (Q. S. At Tahrim [66] :8).
Orang yang berakhlak berarti ia berilmu, tapi ilmu itu tergantung orang yang memilikinya, ada yang baik dan ada yang buruk. Berarti akhlak sangat berkaitan dengan ilmu. Apabila memiliki ilmu yang baik, maka kemungkinan besar orang itu bisa berbuat kebaikan atau berakhlak dengan baik. Dalam al-Qur’an Allah menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu, salah satunya dalam surat Ali-Imran:18 yang artinya,” Allah bersaksi bahwasannya tidak ada tuhan melainkan Dia (Allah), yang menegakkan keadilan.para malaikat dan orang-orang berilmu (juga ikut bersaksi). Tiada tuhan melainkan Dia, yang maha perkasa lagi maha bijaksana” (QS. Ali-Imran:18).
Jika kita cermati ayat tersebut dengan seksama maka akan kita ketahui bahwa Allah SWT sangat memperhatikan orang-orang yang berilmu, Allah memulai dangan Diri-Nya, lalu dengan malaikat setelah itu dengan para ahli ilmu, sungguh betapa tingginya kemuliaan, keutamaan dan kehormatan ini.
Abu Al-Wafa’ Al-Ganimi At-Taftazani mengatakan bahwa semua tahapan
(maqamat) dan keadaan (akhwal) para sufi, yang pada dasarnya merupakan tema pokok ajaran tasawuf, berlandaskan Al-Qur’an. Berikut ini landasan sebagian muqamat dan akhwal para sufi tersebut.
a. Dalam Al Qur’an menerangkan tentang penggemblengan jiwa, yang digunakan sebagai landasan, yaitu dalam surat Al Ankabut [29] ayat 69)

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (العنكبوت: 69)

Artinya, “ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.(Q. S. Al Kanbut [29]: 69)


Firman-Nya lagi,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
(النازعات:40-41)

“Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”.
b.Tentang maqam ketaqwaan, Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (الحجرات:13)

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q. S. Al Hujurat [49]:13)
Allah SWT. juga berfirman,
.......وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ( البقرة : 194)
Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. Al Baqoroh [2] 194)
c. Tentang maqam Zuhud
“Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”
d.Tentang maqam tawakal, menurut para sufi, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (الطلاق : 3)
…Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…(Q. S. Ath Thalaq [ 65]:3)

قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (الزمر: 39)
Dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman itu bertawakal. (Q. S. Az Zumar [39]: 39)
Tentang maqam syukur antara lain berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ ( إبراهيم : 7 )
…Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu…(Q.S. Ibrohim [14]:7)
e. Maqam sabar, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
(المؤمن :55)
Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuja Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (Q.S. Mu’min [40]:55)


..... وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (البقرة : 155 )
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Q.S. Al-Baqarah[2]:155)
f. Maqam rida berlandaskan pada firman Allah SWT. Berikut ini.
رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ ( المائدة : 119)
….Allah rela terhadap mereka, dan merekapun rela terhadapnya…(Q.S. Al-Maidah [5]:119).
g. Tentang maqam ma’rifah, antara lain Allah SWT. berfirman,

وَاتَّقُواْ اللّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّهُ وَاللّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (البقرة : 282)
Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)

فَوَجَدَا عَبْداً مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً
(الكهف : 65)
Lalu, mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadany ilmu dari sisi Kami. (Q.S. Al-Kahfi [18]: 65).
Demikian sebagian ayat Al-Qur’an yang dijadikan landasan kaum sufi dalam melaksanakan praktik-praktik kesufiannya. Akan terlalu panjang uraiannya jika semua pengertian psikis dan moral yang diungkapkan para sufi tentang tingkatan dan keadaan, dicarikan rujukannya dalam dalam Al-Qur’an.
2. Dasar-dasar Al-Hadits tentang Akhlak tasawuf
Selain Dapat dilihat dari kerangka Al-Qur’an, tasawuf juga dapat dilihat dari kerangka Al-Hadits. Hadits menurut para ulama ahli hadits (muhadditsin) adalah segala ucapan, perbuatan, taqrir (peneguhan/mendiamkan sebagai tanda membolehkan atau persetujuan), dan sifat-sifat nabi nabi Muhammad SAW. Namun ulama usul fiqih mendefinisikan hadits lebih sempit lagi yaitu terbatas pada ucapan, perbuatan dan taqrir Nabi SAW. yang berkaitan tentang hukum .
Ucapan berarti tentang semua ucapan Rosulullah SAW. tentang berbagai macam bidang seperti aqidah akhlak, pendidikan, muamalah, hukum dan sebagainya. Contoh tentang akhlak Rosulullah SAW. bersabda: “kekejian dan perbuatan keji sama sekali bukan dari ajaran agama islam. Sesungguhnya orang yang terbaik keislamannya adalah yang terbaik budi pekertinya” (HR. Tirmidzi). Nabi Muhammad SAW. berkata bahwa hati terdapat empat macam, yakni: (1) hati yang tajam; (2) hati bersih dari kotoran; (3) hati yang di dalamnya ada sesuatu seperti lampu yang menyinari hatinya; (4) hati yang terhijab.
Dalam hadits Rosulullah banyak dijumpai keterangan yang membicarakan tentang kehidupan rohaniah manusia. Misal dalam hadits:
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
Artinya:
“Barang siapa yang mengenal dirinya sendiri, berarti ia mengenal Tuhannya”.
Dalam hadits juga dijelaskan tentang tasawuf yaitu:

كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِي عَرَفُوْنِي
Artinya:
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar mereka mengenalKu”.
Dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. terdapat petunjuk yang menggambarkan bahwa beliau adalah sebagai seorang sufi. Nabi Muhammad telah mengasingkan diri di Gua Hirah, menjelang datangnya wahyu beliau menjauhi pola hidup kebendaan yang pada waktu itu diagung-agungkan oleh orang arab tengah di dalamnya seperti dalam praktek perdagangan dengan prinsip menghalalkan segala cara. Ucapan-ucapan Nabi yang berkenaan dengan pembinaan akhlak yang mulia itu diikuti pula oleh perbuatannya dan kepribadiannya. Beliau dikenal sebagai akhlak shidiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan dakwah), fatanah (cerdas).
Para sahabatpun banyak juga yang menganut praktek bertasawuf, yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar misalnya pernah berkata: “Aku mendapatkan kemuliaan dalam ketakutan, kefanaan dalam keagungan dan kerendahan hati.” Khalifah Umar Bin Khatab pernah berkhutbah di hadapan jamaah kaum muslimin dalam keadaan berpakaian yang sangat sederhana Khalifah Utsman Ibn Affan banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan membaca Al-Qur’an. Baginya Al-Qur’an ibarat surat dari kekasih yang selalu dibawa dan dibaca kemanapun ia pergi.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa benih-benih tasawuf telah diterangkan dalam Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. dan para sahabat dalam kehidupan sehari-hari.

6 komentar: