Jumat, 05 Oktober 2012

Pengajar adalah Panutan

“Dasem atos iku” yang berarti “Kepalamu keras itu” ucapnya. “Wah.... parah...” gumamku. Guru, Dosen, dan pengajar sangat mempengaruhi anak didiknya. Apa yang terjadi jika pengajar berucap kasar? Jujur, kalau saya pribadi sebagai seorang pelajar, yang masih belajar pada orang- orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan, saya sangat merasa risih dan paling tidak suka jika pengajarku berucap kasar. “Dasem atos iku”. Ini adalah ucap salah satu dosenku di IAIN Sunan Ampel Surabaya ini. ketika itu beliau menjelaskan haramnya mengucapkan atau menganggap saudara, antara orang muslim dengan orang- orang selain Islam. Beliau memberikan sebuah contoh dalam hal ini. “Seperti yang menjadi Bupati, Presiden, dan pejabat- pejabat yang lain berkata, ‘Saudara- saudaraku sebangsa dan setanah air,...’ bagaimana itu kok saudara? Padahal kan bukan semua orang Indonesia itu beragama Islam, ada yang beragama Kristen dan lain- lain. Kok saudara? Gak boleh seperti itu, gak boleh menganggap saudara!!!” ucapnya. “Saudara dasem atos iku” tambahnya. Disini saya tidak ingin mempermasalahkan benar atau tidaknya yang telah dikatakan oleh beliau tentang haramnya menganggap saudara seluruh orang atau penduduk Indonesia, namun yang saya risihkan adalah kata- kata beliau yang berucap tidak sopan, apalagi didepan mahasiswanya. Otomatis spontan hatiku tak enak dan semangat belajar dan perhatianku pada apa yang diterangkan hari itu sangatlah kendor. Karea menurutku pengajar seharusnya memberikan contoh yang lebih baik. Baik dalam perbuatan, maupun ucapannya. Jangan sampai berlaku atau berucap kotor dihadapan para murid atau pelajar yang belajar padanya. 2 Oktober 2012

Minggu, 30 September 2012

Empat Kunci Sukses....

Sukses adalah harapan semua orang yang bernyawa, bukan hanya mereka yang bernyawa, namun orang yang telah menemui ajalnya juga berharap untuk sukses. Pengertian sukses berarti bahagia dunia akherat. Senang menjalankan setiap tuntutan di dunia serta ikhlas menjalankannya merupakan salah satu cara sukses. Kemaren, Sabtu (29/09) Bapak Yustinus Ariyanto salah satu motivator hebat indonesia menyempatkan waktunya untuk mengisi acara PENABARA di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Motivator yang lahir dipulau Dewata ini sangat lihai dalam merubah pola pikir setiap mahasiswa yang datang. Tak ada satupun mahasiswa yang merasa menyesal mengikuti training pada pagi hingga siang itu. Dengan memberikan sebuah trik- trik hipnotis ala Avatar, sang pemuda lulusan UI ini menjadi digemari dan semakin ramai saja gedung SAC tersebut. Mahasiswa Bidik Misi dari semester satu hingga semester lima mengikuti hingga akhir acara. Di akhir pertemuan dengannya, beliau, bapak Yustinus Ariyanto menghipnotis seluruh mahasiswa. Setiap mahasiswa yang ada di bawa ke alam bawah sadar dan dihipnotis ala Avatar. Disitu kami mampu mengambil hikmah yang sangat besar, yaitu meraih apa yang kita impikan itu lebih mungkin bagi kita. Impossible is nothing itulah kata sang Motivator kelahiran tahun 1975 tersebut. kami di motivasi begitu dahsyatnya. “Dalam meraih mimpi- mimpi kalian, kalian harus mengikuti beberapa langkah. Ada empat langkah untuk mencapai apa yang telah kalian impikan. Yang pertama, kalian harus rileks, fokus, suggesti dan imajinasi. Itulah empat kunci suksesmu”. Tuturnya. Seseorang yang selalu fokus, namun tidak adanya suggesti dalam hatinya maka tak ayal jika mereka tak mampu mewujudkan impian- impiannya. Begitu pula jika hanya ada suggesti, namun mereka tak mau berusaha atau fokus, maka tak ada kesempatan baginya mencapai apa yang mereka dambakan. Sehingga kuasailah empat kunci sukses tersebut. Rileks, fokus, suggesti dan imajinasi.

Rabu, 26 September 2012

Pentingnya Arsip

Arsip merupakan sumber sejarah yang bersifat primer. Sejarah tanpa ada sumber primer rasanya belum cukup. Dengan adanya sumber primer, maka sejarah tersebut akan aktual dan objektif. Hari ini badan Arsip Jawa Timur mengadakan sosialisasi Pelayanan Informasi Kearsipan di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Sebagai mahasiswi jurusan Sejarah, saya pribadi sangat senang. Karena selain bisa bertemu dengan pengelola badan arsip, namun saya juga mendapatkan ilmu yang sulit ditemukan, yaitu tentang kearsipan. Dekan Fakultas Adab, bapak Harisudin sangat apresiasi dan berterima kasih pada pihak badan Arsip yang telah mau bekerja sama dengan fakultas Adab IAIN Sunan Ampel ini. Sosialisasi yang dihadiri oleh Dekan hari ini berjalan mulai pukul 09.00 hingga siang, pukul 12.00. Bu Diah Ismiyatun, M. Hum sebagai pengelola arsip dan perpustakaan sangat lihai dalam menerangkan segala macam yang berhubungan dengan arsip. “Arsip adalah barang yang unik, jika hilang arsip tersebut tidak bisa diganti lagi. Dan arsip itu bersifat fakta, apa adanya, dan tidak memihak satu sama lain, serta belum terasuki subjektifitas apapun. Arsip inilah yang menjadi bahan dasar penelitian yang otentik”. Jelasnya. “selain dihadiri oleh Ibu Diah Ismiyatun, M. Hum, sosialisasi ini juga dihadiri oleh bapak Syawwal, mantan dosen Fakultas Adab selama satu tahun. Beliau juga sangat apresiasi terhadap arsip. Antusias mahasiswa serta mahasiswi juga sangat tinggi beberapa pertanyaan dilontarkan pada kedua Arsiparis tersebut. Dengan adanya kerjasama antara badan arsip dengan Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel ini diharapkan mahasiswa dan mahasiswi jurusan Sejarah mampu berperan aktif sebagai pengguna arsip yang telah ada, dan akhirnya menjadi sejarawan yang otentik, apa adanya. Salam Cinta dan Rindu..... Rabu, 26 September 2012

Minggu, 23 September 2012

Ku Harus Sadar (Puisi)

Kuharus sadar Kedua bola mataku… Kau berikan tanpa Kau pinta imbalan. Setiap nafasku… Kau lancarkan tanpa ada gangguan. Urat-urat nadiku pun Kau bebaskan Dari godaan virus-virus yang menyamar. Namun, mengapa aku sampingkan waktuku Untuk bersyukur kepadaMu? Astagfirullah,,, Tuhan… Ampuni aku, Kuatkan hatiku ini, Lindungilah diriku dari putus asa, Dan jauhkanlah dari kefakiran, Berilah kesempatan kepada aku, Untuk selalu bersimpuh dan bersyukur padaMu Jika nyawaku telah kembali padaMu,, Ku mohon,,,Pertemukanlah diriku denganMu,, Wahai Tuhanku,,,

Impian Suci Ramadhan

“Alhamdulillah…”, syukur Rahman, yang berusia 10 tahun. Tak seperti biasa, pagi ini ia tampak senang, karena akan menunaikan ibadah puasa dan ia ingin hari raya bisa dilewatinya bersama keluarga dengan penuh rasa syukur. Rahman adalah anak yang rajin beribadah. Ia tak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai hamba Allah. Setiap hari ia mengawali kehidupannya dengan bacaan hamdalah. “Rahman, bangun nak. Sudah adzan Subuh, mari sholat bersama ibu.” Kata-kata Ibu Suryani, untuk membangunkan anak kesayangannya. “Iya bu”. Jawab Rahman. Seperti biasa setelah sholat ia tidak lupa mengaji, meskipun sebentar. Kadang hanya lima menit, tujuh menit, empat menit, ia tetap mengaji. Tidak hanya dirumah ia rajin, namun disekolah juga. Bahkan semester ini ia bisa meraih juara kelas. Setelah pulang sekolah, anak yang baru kelas lima SD ini, menyisakan waktunya untuk membaca pelajaran yang telah ia terima di sekolah. Seperti biasa, ia membawa bukunya di lantai atas, tempat ibunya menjemur pakaian. Ia mencari tempat yang sunyi agar lebih konsentrasi pada pelajarannya. Tak lama kemudian bel telpon rumah berbunyi. “Kring…kring…kring…” Sebagai anak yang baik, ia langsung turun dan mengangkat telponnya, tanpa menyuruh Ibunya. “Halo… siapa ya? Ada yang dapat saya bantu?” Tanya Rahman. “Iya ada, ini saya, Budi”. Jawab penelpon itu. “Bapak??? Bu… Ibu… bapak telpon bu”. Teriak Rahman. “Pak, mau pulang kapan? Puasa di rumah kan?” lanjut Rahman. “Iya nak, bapak pasti pulang.” Setelah berbicara lama dengan Rahman, Budi ingin berbicara dengan Istrinya. Mereka sangat senang, karena tak lama lagi akan hidup ramai dengan keluarga. **** Waktu terus berjalan, tak terasa telah menunjukkan pukul tiga sore. Rahman bergegas mandi dan sholat, serta mengikuti sekolah Madrasah Alqur’an atau yang sering di sebut dengan Taman Pendidikan Al-qur’an. Melangkah dengan hati yang gembira Rahman bersama temannya menuju mushola tempat ia mengaji. Diana adalah guru yang mengajarinya. Hari ini ia ingin membahas tentang bulan Ramadhan. “Assalamu’alaikum adek-adek…”. Sapa Diana untuk mengawali pertemuannya. “Wa’alaikumussalam bu…” Jawab Rahman dan teman-temannya. “Adek-adek, hari ini saya akan menerangkan tentang puasa, karena besuk kita harus berpuasa”. “Iya bu”. Sahut mereka. “Baiklah saya mulai dulu ya…”. Tambah Diana. “Ramadhan adalah bulan di mana Allah menurunkan Al-qur’an untuk kita semua. Di bulan inilah kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa, yaitu menahan diri dari makan, minum, serta hal-hal yang membatalkan puasa”. “Bu, bagaimana kalau ada orang yang tak mau puasa, padahal dia mampu berpuasa?”. Tanya Rahman yang memotong pembicaraan Diana. “Nah, itu adalah tugas kita untuk mengingatkannya nak, kita sebagai sesama muslim harus bisa saling mengingatkan”. Jawab gurunya. Berbagai pertanyaan telah dijawab Diana, dan hari semakin petang, Diana pun mengakhiri pertemuan hari ini. Sesampai di rumah Rahman dan ibunya sholat maghrib berjama’ah. Kemudian mereka menuju mushola untuk menunggu sholat Isya’, serta sholat tarawih berjama’ah. Mereka juga ikut tadarus seperti orang-orang yang lain. Malam terus berjalan. Setelah membaca beberapa lembar, Rahman dan ibunya kembali ke rumah. Hari telah pagi kembali. Rahman bergegas bangun dan makan sahur didampingi dengan ibunya. Sekitar pukul Sembilan bapak Rahman pulang dari luar kota, yaitu Jakarta. Di kota itulah ia mencari nafkah. Rahman langsung memeluknya. Mereka pun bahagia. Namun tak lama kemudian Budi yang menjadi kepala keluarga tersebut, mengajak Rahman untuk makan siang. “Nak, ayok ikut bapak ke warungnya Ibu Jannah”. Ajak bapaknya. “Pak sekarang kan bulan Ramadhan, kita sebagai orang Islam diwajibkan untuk berpuasa”. Jawab Rahman. “Halah, kamu kan masih kecil, gak usah berpuasa, puasa besuk kalau sudah tua saja, bapak yang sudah punya anak sebesar kamu saja belum pernah berpuasa”. Bujuk Budi. “Kata ibu Diana, kita tidak boleh tidak berpuasa pak, kecuali kalau memang benar-benar gak mampu”. Tambah anak dini tersebut. “Pak, sebaiknya bapak berpuasa saja ya”. Tambah ibunya. “Gak bu, aku gak mau puasa sekarang, masih muda kok sudah mau berpuasa, besuk sajalah kalau sudah tua. Oh ya bu di tambah, ingat ya, sekarang itu hari-hari menjelang hari kemerdekaan republik Indonesia, Negara tercinta kita, jadi aku gak mau puasa sekarang, karena pastinya aku di ajak tema-teman untuk memperingatinya dengan makan-makan seperti tahun yang lalu bu…” “Oh, jadi bapak lebih mengutamakan teman ya, dari pada Tuhan, ini kan perintah dari Tuhan pak, tidak dari teman, ingatlah pak, kita harus taat kepada Yang Maha Kuasa”. Bantah istrinya. Percecokan antara mereka terus terjadi. Seorang anak usia sepuluh tahun yang sudah taat beribadah kepada Allah selalu membujuk bapaknya yang tidak mau berpuasa. Memang sebenarnya Budi dari dulu sebelum menikah adalah orang yang kurang taat beribadah kepada Allah, namun Suryani tidak bercerita kepada Rahman. Bulan puasa telah mereka jalani selama sepuluh hari, namun bapak dari satu orang anak itu masih tetap pada pendiriannya yang tidak mau berpuasa, bahkan akhir-akhir ini ia sering keluar malam, entah apa yang ia lakukan. **** Di hening malam yang penuh dengan suara petasan dan lantunan wahyu Ilahi, setelah sholat tarawih berjama’ah, Rahman tidak meninggalkan membaca al’qur’an. Ayat demi ayat ia baca, meskipun hanya beberapa menit. Rahman sangat sedih, karena semakin hari bapaknya tidak mau berpuasa, ia merasa berdosa belum bisa merubah sifat bapaknya yang tidak taat pada ajaran agama. Sebelum pulang dari tadarus, Rahman mengangkat kedua tangannya dan menghadap ke kiblat, serta berdoa. “Ya Allah, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, sayagilah keluarga hambaMu ini. Kasihanilah bapak serta ibuku. Bukakanlah pintu hati nurani bapak hamba Ya Allah. Aku ingin bapak segera bertaubat, sebelum Engkau memanggilnya. Amiin…” Langkah demi langkah Rahman lalui. Sesampai di rumah, Rahman agak lega, karena bapaknya sudah ada di rumah. “Bapak, bangun pak, sudah sholat Isya’ belum? Sholat dulu pak”. Kata Rahman membangunkan bapaknya untuk sholat. “Belum, bapak capek, gak usah di ganggu, aku mau tidur”. “Tapi pak, bapak belum sholat!”. Tambah Rahman. “Sudah tidur sana, anak kecil sudah berani ngatur bapaknya”. “Pak, sholatlah dulu, pak sadarlah, ini bulan suci Ramadhan pak, kita harus memperbaiki diri kita”. Kata istrinya. Rahman berusaha membawa bapaknya menuju Ilahi, namun Allah belum membukakan pintu nuraninya. Rahman dan ibunya tetap berusaha selalu. Meski rintangan menghampirinya. Hampir setiap hari Rahman dan Ibunya tidak di beri uang untuk keperluan belanja, meskipun Budi berkerja. Entah dikemanakan uangnya. Kadang ketika Rahman mengingatkan bapaknya, ia di pukul hingga sakit. Namun putra yang rajin dan taat tersebut tidak putus asa untuk selalu mengingatkan bapaknya. Suatu hari Rahman bermain dengan Tiara dan Rudi, namun Rena datang dan menanyakan tentang bapaknya Rahman. “Man, aku tadi lihat bapakmu di warungnya bu Jannah, apa dia gak puasa Man?” Tanya Rena. “Ren, kamu kok sok tahu, mungkin bapaknya tadi sakit, jadi gak puasa”. Kata Rudi. “Iya Ren, mungkin bapaknya Rahman sakit”. Tambah Tiara. “Mana mungkin ia sakit, tadi aja dia bicara sangat keras”. Jawab Rena. Rahman sangat sedih mendengar pertanyaan Rena, lalu ia lari dan pulang dengan membawa kesedihan. Tanpa cerita pada siapa-siapa, Rahman memendam kata-kata Rena. Hari telah sore. Seperti biasa ia melaksanakan rutinitasnya. Setelah sholat tarawih berjama’ah, Rahman bersama dengan teman-temannya membaca Al-qur’an. Dengan lantunan ayat yang merdu dan arti yang penuh makna, Rahman membacanya. Tepatnya surat Al-Waqi’ah, yaitu salah satu surat tentang hari kiamat. Bersama dengan ayat yang dibaca Rahman, bapak Rahman tak sengaja mendengarkan apa yang dibaca anaknya. Ia sangat kagum, Rahman yang baru berusia sepuluh tahun, namun sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar. “Rahman, apakah ini suara anak saya?” Kata Budi dalam hatinya. Sesekali Budi ingat ketika ia memukul anaknya. Ia sangat sedih, ingin rasanya untuk segera minta maaf dan taubat atas segala kesalahannya. Entah gerangan apa yang bisa menjadikannya dengan tiba-tiba merasa lemas dan sangat menyesali kehidupannya yang tidak teratur dan melenceng dari agama. Mungkin semua ini karena kesholehan anaknya yang selalu mendo’akannya setiap hari. **** Waktu telah malam, Rahman pun pulang dari tadarus. Ia tidak lupa mengingatkan bapaknya agar segera sholat dan bertaubat. Ketika itu Budi belum bisa tidur, dan ia ingin sekali memeluk anaknya. “Assalamu’alaikum pak, sudah sholat belum pak?” Tanya Rahman. “Wa’alaikumussalam nak…”. Jawab Budi dan memeluk anaknya. Rahman sangat kaget, karena tak seperti biasa bapaknya mau menjawab salamnya serta memeluknya. Tanpa membantah anaknya lagi, Budi sadar dan ia ingin segera bertaubat. Ia meminta agar Rahman bisa mengajarinya membaca Al-Qur’an serta sholat tarawih. Budi langsung pergi mengambil air wudlu. Sedangkan Rahman sangat heran dan langsung mengucapkan syukur kepada Allah. “Alhamdulillah, terima kasih wahai Tuhanku, Engkau telah membuka pintu kecil ayahanda, semoga ini tidak hanya sementara, namun selamanya, amiin”. Alarm Rahman di HPnya telah berbunyi, dan menunjukkan pukul sepuluh malam, ia harus tidur. “Wahai Pemilik nyawaku, betapa lemah diriku ini, berat ujian dariMu, ku pasrahkan semua padaMu” Lagu Muhasabah Cinta inilah yang selalu digunakan Rahman sebagai alarmnya. Budi sholat Isya’ dengan khusyu’ dan air matanya membasahi pipinya. Ia sadar akan kekhilafannya selama ini dan ia berusaha untuk selalu menyayangi keluarganya dan selalu taat pada Yang Maha Kuasa. Di tengah keheningan malam itu, Budi pergi ke kamar anaknya dan menciumnya, ia ingin selalu melindunginya. Malam telah berlalu, di esok harinya Budi ingin mengajak keluarganya untuk tamasya keluar kota. Rahman dan ibunya sangat bersyukur melihat perubahan orang yang mereka sayangi. Akhirnya mereka pun pergi dan pulang sore. Mulai sekarang keluarga ini menjadi keluarga yang lebih bahagia dari sebelumnya. Tak ada waktu untuk mereka kecuali untuk bahagia dan mendekatkan diri kepada Allah. Sekarang sudah tanggal 29 Ramadhan, besuk adalah puasa terakhir. Mereka pergi ke pasar bersama untuk membeli berbagai macam jajanan dan kue untuk hari raya. Rahman ingin membeli sepotong kue untuk diberikan khusus kepada bapaknya. Tanpa mengulur waktu, ia langsung pergi ketoko di seberang jalan. Tanpa menunggu ibunya yang beli makanan untuk berbuka puasa nanti sore, serta bapaknya yang mencari buah, Rahman dengan senang hati langsung lari tanpa melihat suasana keramaian jalan. Tak disadarinya dari arah kanan ada mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Bapaknya melihat mobil tersebut dan memanggil Rahman, namun takdir telah menentukan. Rahman telah terpeleset dan terjatuh serta mobil tersebut tetap melaju dengan cepat. Rahman mengalami nasib yang pahit, takdir pun menentukan akhir hidupnya. Ibunya sangat shok melihat kejadian tersebut, begitu juga bapaknya. Anak kesayangannya telah tiada. Setiap hari mereka selalu berdo’a agar Rahman diterima di sisi Allah. “Ya Allah, ampunilah aku, ampunilah anakku, hanya kepadaMu semua makhluk akan kembali, Kau telah mengambil anak kesayanganku, ku mohon padaMu, terimalah ia di sisiMu. Tempatkanlah ia di tempat yang sesuai dengan amalannya. Besuk adalah hari raya, sebenarnya kami bersama-sama dengan bahagia, namun Kau telah mengambil Rahman dari hamba Ya Allah. Ku mohon padaMu berilah selalu kepada keluargaku kesempatan untuk mengabdi kepadaMu dengan ikhlas dan jadikanlah aku termasuk orang yang selalu bersyukur padaMu, Amiin’. Kata-kata itu selalu mengalir di do’a orang tuanya. Kini Budi telah bertaubat dan menjadi kepala keluarga yang baik, namun mereka kehilangan anak kesayangannya yang bisa meluluhkan hati kedua orang tuanya, yaitu Rahman.

Kamis, 20 September 2012

Bissmillahirrohmanirrohim...................... Kuawali pagiku dengan namaMu ya Allah. Semoga hari ini bisa lebih baik dari hari-hariku sebelumnya. Hidup memang penuh dengan pilihan. Sesekali pilihan itu datang, pasti akan membawa ke angan mana yang akan kita pilih. Yang baik atau yang buruk, yang mampu memberikan motivasi atau bahkan mengurangi semangat kita untuk berjuang mengisi hidup dunia yang hanya sedetik ini, namun kita juga tahu bahwa hidup ini sangat berarti untuk kehidupan kita yang akan datang, tak lain di akherat. Keinginan selalu timbul, entah itu yang didasari karena nafsu belaka atau yang memang benar-benar azzam yang harus kita lakukan. Milikilah sebuah keinginan yang positif, dan tanamkan keyakinan bahwa pilihanmu itu sebuah kebenaran dan memang itu yang harus anda lakukan. Azzam yang kuat harus didasari rasa cinta terhadap proses untuk mencapainya. Nikmatilah setiap langkah untuk mencapainya. Saat-saat mencari jalan untuk mendapatkannya itulah sebenarnya menjadi waktu yang paling bahagia dan sangat berarti. Ketika kita telah mencapai keinginan yang telah terpatri dalam lubuk hati sebagai azzam yang pasti kan kita nikmati, disaat itu pula keinginan yang lain pasti akan berlomba meraih isi hati. Rasa ketidakpuasan dan keinginan tuk memperoleh yang lebih baik tak kan henti. Lakukanlah, jika memang itu yang lebih bersinergi dan bermanfaat bagi diri. Ingatlah... Tak ada kata yang pantas kita ucap kecuali hamdalah di setiap urat nadi. Lihatlah dirimu dan lihatlah orang lain. Jangan menganggap diri sebagai orang yang dinomorduakan oleh Sang Ilahi, jika kita mampu menomorsatukan Allah. Pasti Allah akan melihat, memahami serta memberi kemampuan yang luar biasa untuk kehidupan merajut masa depan ini. Binalah Semangat tuk meraih Ridlo Ilahi............. 7 April 2012 M/15 Jumadil Ula 1433 H

Minggu, 15 April 2012

Kelembagaan Ulama di Indonesia.

makalah ini saya presentasikan bersama teman saya, Siti Ma'rifah pada mata kuliah Sejarah Kelembagaan di Indonesia pada hari Kamis, 5 April 2012
A. Pengertian Ulama
Kata “Ulama” adalah bentuk jamak. Mufradnya “alim” yang berarti orang pandai. Ulama mestinya orang pandai, dan semua orang pandai. Artinya, setiap pakar di bidangnya dapat disebut ulama. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia kata ulama memiliki arti mufrad (tunggal) dan mempunyai arti khas, yaitu “orang yang pandai di bidang agama”. Dalam hal ini, Rasululloh Saw berpesan kepada kaum muslimin agar tidak meninggalkan ulama dan bahkan dianjurkan untuk mengikuti ulama supaya mendapatkan ajaran agama yang benar.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang alim selain ulama, antara lain:
1. Kiai
Istilah kiai memiliki pengertian yang prulal. Kata kiai bisa berarti: sebutan bagi alim ulama (cerdik dan pandai dalam agama islam), sebutan bagi guru ilmu ghaib, dan sebagainya. Menurut asal-usulnya, sebagaimana dirinci oleh Zamakhshari Dhofier, perkataan kiai dalam bahasa Jawa digunakan untuk tiga jenis gelar yang berbeda.
 Sebutan gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat, misalnya Kiai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di keraton Yogyakarta
 Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umunya
 Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada para santrinya. Selain gelar kiai, ia juga sering disebut seorang ‘alim’(orang yang dalam pengetahuan islamnya).
Dahulu orang memandang seseorang yang pandai di bidang agama islam baru layak disebut kiai bila ia mengasuh atau memimpin pesantren. Sekarang, meskipun tidak memimpin pesantren, bila ia memiliki keunggulan dalam menguasai ajaran-ajaran agama islam dan amalan-amalan ibadah sehingga memiliki pengaruh besar di masyarakat sering juga disebut kiai. Dengan kata lain, bahwa gelar kiai dipakai bagi seorang ulama yang mempunyai ikatan primordial dengan kelompok islam tradisional. Bahkan dalam banyak hal, gelar kiai juga sering dipakai oleh para da’I atau mubaligh yang biasa memberikan ceramah agama. Kiai dan ulama berbeda asal-usul bahasanya, tetapi memiiki esensi kualitas yag relatif sama. Keduanya memliki karakter fundamental yang berkualitas tinggi dalam hal ima, takwa, dan ilmu sebagai cirri khas. Menurut pandangan Martin Van Bruinessen, kiai memainkan peranan yang lebih dari sekedar seorang guru. Ia bukan sekedar menempatkan dirinya sebagai pengajar dan pendidik santri-santrinya, melainkan juga aktif memecahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
2. Ustadz
Adapun panggilan ustadz, biasanya disematkan kepada orang yang mengajar agama. Artinya ustad adalah guru agama, pada semua levelnya. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan lain-lain, bahkan bisa saja pemuda yang baru keluar atau lulus dalam dari sebuah pondok pesantren dan mengajar anak-anak mengaji di panggil ustad, Namun hal itu lebih berlaku buat kita di Indonesia ini saja. Di negeri Arab sendiri, istilah ustadz mempunyai kedudukan sangat tinggi. Hanya para doktor (S-3) yang sudah mencapai gelar profesor saja yang berhak diberi gelar Al-Ustadz. Kira-kira artinya memang profesor di bidang ilmu agama. Jadi istilah ustadz ini lebih merupakan istilah yang digunakan di dunia kampus di beberapa negeri Arab, daripada sekedar guru agama biasa.)
B. Peran Ulama
Ulama mempunyai beberapa peran, diantaranya:
Pertama: pewaris para nabi. Tentu, yang dimaksud dengan pewaris nabi adalah pemelihara dan menjaga warisan para nabi, yakni wahyu/risalah, dalam konteks ini adalah al-Quran dan Sunnah. Dengan kata lain, peran utama ulama sebagai pewaris para nabi adalah menjaga agama Allah Swt. Hanya saja, peran ulama bukan hanya sekadar menguasai khazanah pemikiran Islam, baik yang menyangkut masalah akidah maupun syariah, tetapi juga bersama umat berupaya menerapkan, memperjuangkan, serta menyebarkan risalah Allah.
Kedua: pembimbing, pembina dan penjaga umat. Pada dasarnya, ulama bertugas membimbing umat agar selalu berjalan di atas jalan lurus. Ulama juga bertugas menjaga mereka dari tindak kejahatan, pembodohan, dan penyesatan yang dilakukan oleh kaum kafir melalui gagasan, keyakinan, dan sistem hukum yang bertentangan dengan Islam. Semua tugas ini mengharuskan ulama untuk selalu menjaga kesucian agamanya dari semua kotoran. Ulama juga harus mampu menjelaskan kerusakan dan kebatilan semua pemikiran dan sistem kufur kepada umat Islam.
Ketiga : sumber ilmu. Ulama adalah orang yang fakih dalam masalah halal-haram. Ia adalah rujukan dan tempat menimba ilmu sekaligus guru yang bertugas membina umat agar selalu berjalan di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks ini, peran sentralnya adalah mendidik umat dengan akidah dan syariah Islam. Dengan begitu, umat memiliki kepribadian Islam yang kuat.
C. Lembaga Keulamaan di Indonesia
1. Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 atau 16 Rojab 1344 H di Surabaya.
NU memiliki 12 lembaga . Yaitu:
1. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Program pokok:
Pengembangan organisasi dan SDM di bidang dakwah Islamiyah.
Pengembangan kerukunan antar umat beragama
Penyebarluasan ajaran Islam yang selaras dengan semangat ahlussunah waljama'ah
Penggalangan kegiatan sosial kemasyarakatan.
2. Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU)
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU) berfungsi sebagai pelaksana kebijakan-kebijakan pendidikan Nahdlatul Ulama, yang ada di tingkat Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, dan Pengurus Majelis Wakil Cabang. LP Ma'arif NU dalam perjalanannya secara aktif melibatkan diri dalam proses-proses pengembangan pendidikan di Indonesia.
3. Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama ( LPKNU )
Program Pokok:
Pengkajian masalah kesehatan
Pendidikan dan pembinaan pelayanan kesehatan
Penggalangan dana bagi para korban bencana alam dan kesehatan
Pengembangan lembaga penanggulangan krisis kesehatan.
4. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU)
Program pokok:
Pengkajian ekonomi
Pemetaan potensi ekonomi warga NU
Pemberdayaan ekonomi masyarakat
Pelatihan
5. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU)
Program pokok:
Pengkajian masalah pertanian
Pengembangan sumber daya hayati
Pembinaan dan advokasi pertanian
Pemberdayaan ekonomi petani
6. Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI)
Program pokok:
Pengkajian kepesantrenan
Pengembangan kualitas pendidikan pesantren
Pengembangan peran social pesantren
Pemberdayaan ekonomi pesantren
7. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU)
Program pokok:
Pengkajian sosial keagamaan
Pengembangan wawasan keluarga sejahtera
Pelayanan kesehatan masyarakat
Advokasi kependudukan dan lingkungan hidup
8. Lembaga Takmir Masjid Indonesia (LTMI)
Program pokok:
Pengembangan kualitas manajemen rumah ibadah
Pengembangan aktifitas keagamaan masjid
Peningkatan fungsi social masjid
9. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia NU
Program pokok:
Pengkajian sosial, ekonomi, budaya, dan keagamaan
Pengembangan kreatifitas dan produktifitas masyarakat
Pendidikan dan pembinaan perencanaan strategis
Pengembangan program pembangunan sektoral
10. Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI)
Program pokok:
Pengembangan keorganisasian Pengkajian masalah perburuhan Pendidikan perburuhan Advokasi dan
perlindungan buruh Peningkatan kesejahteraan buruh dan keluarganya
11. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH)
Program pokok:
Pengkajian hukum dan perundang-undangan
Pendidikan kepengacaraan
Advokasi dan penyuluhan hukum
12. Lajnah Bahtsul Masail (LBM-NU)
Tujuan dari Bahtsul Masail ini karena adanya kebutuhan masyarakat terhadap hukum islam praktis (‘amaliy) bagi kehidupan sehari-hari yang mendorong para ulama dan intelektual NU untuk mencari solusinya dengan melakukan Bahtsul Masail.
Program pokok:
Pengkajian masalah-masalah aktual kemasyarakatan
Perumusan dan penyebarluasan fatwa hukum (Islam)
Pengembangan standarisasi kitab-kitab fikih

2. Muhammadiyah .
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Pembantu Pimpinan Persyarikatan
1. Majlis
o Majelis Tarjih dan Tajdid
o Majelis Tabligh
o Majelis Pendidikan Tinggi
o Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
o Majelis Pendidikan Kader
o Majelis Pelayanan Sosial
o Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
o Majelis Pemberdayaan Masyarakat
o Majelis Pembina Kesehatan Umum
o Majelis Pustaka dan Informasi
o Majelis Lingkungan Hidup
o Majelis Hukum Dan Hak Asasi Manusia
o Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
2. Lembaga
o Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
o Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan
o Lembaga Penelitian dan Pengembangan
o Lembaga Penanggulangan Bencana
o Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah
o Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
o Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
o Lembaga Hubungan dan Kerjasama International
3. MUI
MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewadahi ulama, zu'ama, dan cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, Indonesia. Dalam khittah pengabdian Majelis Ulama Indonesia telah dirumuskan lima fungsi dan peran utama MUI yaitu:
1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)
2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)
3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ri’ayat wa khadim al ummah)
4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid
5. Sebagai penegak amar ma'ruf nahi munkar

Kesimpulan
“Ulama” adalah bentuk jamak. Mufradnya “alim” yang berarti orang pandai. Ulama mestinya orang pandai, dan semua orang pandai. Artinya, setiap pakar di bidangnya dapat disebut ulama. Ulama mempunyai beberapa peran, diantaranya sebagai pewaris para nabi. Tentu, yang dimaksud dengan pewaris nabi adalah pemelihara dan menjaga warisan para nabi, yakni wahyu/risalah, dalam konteks ini adalah al-Quran dan Sunnah. Ulama juga sebagai pembimbing, pembina dan penjaga umat. Pada dasarnya, ulama bertugas membimbing umat agar selalu berjalan di atas jalan lurus. Ulama juga sebagai sumber ilmu. Ulama adalah orang yang fakih dalam masalah halal-haram. Ia adalah rujukan dan tempat menimba ilmu sekaligus guru yang bertugas membina umat agar selalu berjalan di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Adapun kelembagaan Ulama di Indnesia antara lain, NU, Muhammadiyah, serta MUI.

Daftar Pustaka
Haedari, Amin. 2004. Masa Depan Pesantren. (Jakarta: IRD Press)
Munawir, Abdul Fattah. 2006. Tradisi orang-orang NU. (Yogyakarta:PT.LKIS Pelangi Aksara)
Mujamil, Qomar. 2002. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. (Jakarta:Erlangga)
Shoddiq, Muhammad. 2004. Dinamika Kepemimpinan NU. (Surabaya: LTN NU)
Zahro, Ahmad. 2004.Tradisi Intelektual NU. (Yogyakarta: LKIS)
https://archieslow.wordpress.com/2011/11/08/definisi-ulama-ustad-dan-kyai/
Lembaga, lajnah dan_MIDarulHikmah_16952.pdf-Adobe Reader
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammadiyah

Kamis, 02 Februari 2012

kristenisasi

Pada paruh kedua abad ke13, berlangsung dua proses penting, kristenisasi dan penggabungan Spanyol. Kenyataan serupa juga dialami oleh Sisilia. Pada tahun ini banyak orang Islam yang tunduk dengan kristen, namun masih mempertahankan hukum dan agamanya. Proses kemajuan menuju penyatuan akhir Spanyol memang lambat tapi pasti. Kali ini wilayah kristen terdiri atas dua kerajaan, Castile dan Aragon. Perkawinan antara Ferdinand dari Aragon dengan Isabella dari Castile pada 1469 telah mempersatukan dua kerajaan ini. Penyatuan ini menjadi lonceng kematian bagi kekuasaan Islam di Spanyol. Kehancuran akhir dinasti Nashriyah dipercepat oleh kholifah ke-19 yaitu Ali abu al Hasan yang bukan hanya menolak membayar upeti, namun juga menyulut permusuhan menyerang wilayah Castile. Sebagai balasannya, tahun 1482 Ferdinand merebut Emessa suatu tempat yang berdiri dikaki pegunungan Sierra de Alhama, dan menjaga jalan masuk sebelah barat daya yang mengarah ke Granada. Kemudian putra Ali merebut kekuasaan ayahnya karena dihasut ibunya yang cemburu padanya dan menganggap bahwa Ali abu Al Hasan lebih mencurahkan perhatiannya pada anak-anak Gundik (orang Kristen Spanyol). Tahun berikutnya Abu Abdullah menyerang Lucena, ia di kalahkan dan ditawan oleh Issabela dan Ferdinand. Sedangkan Ali abu Al Hasan memberikan kekuasaannya kepada saudaranya yang lebih terampil yaitu Muhammad XII yang saat itu menjabat menjadi Gubernur Malaga. Ferdinand dan Issabela melihat bahwa tawanan mereka, Abu Abdullah bisa dimanfaatkan olehnya. Sehingga tahun 1486 ia telah berhasil menduduki sebagian wilayah ibukota yang dikuasai pamanya. Dan untuk kedua kalinya ia menguasai Granada. Sementara itu balatentara Castile sedang bergerak maju. Satu demi satu kota-kota berjatuhan ditangan mereka. Muhammad XII tidak mampu menghadang Ferdinand, sedangkan Abu Abdullah berperan sebagai sekutu Ferdinand. Muhammad XII menyeru para raja muslim, namun mereka juga sedang perang antara mereka sendiri. Akhirnya ia menyerah dan mundur ke Tilimsan, disana ia menjalani hari-hari terakhirnya dalam penderitaan dan kemiskinan. Akhirnya hanya kota Granada yang masih berada ditangan muslim dibawah pimpinan Abu Abdullah. Tak lama setelah Muhammad XII dikalahkan, Abu Abdullah diminta menyerahkan kota yang dikuasainya. Namun ia tidak mau. Kemudian Ferdinand bersama 10.000 kuda memasuki Granada dan menghancurkan ladang pertanian serta kebun buah-buahan dan mengepung benteng pertahanan terakhir Islam di Spanyol agar kota itu segera menyerah. Akhirnya orang muslim menyerah dan diberi jangka waktu dua bulan dengan syarat-syarat sebagai berikut; sultan beserta seluruh pejabatnya mesti mengucapkan sumpah setia kepada raja-raja Castile ; Abu Abdullah akan menerima sebidang tanah di Albasyarat; orang Islam akan dijamin keamanannya secara pribadi dibawah hukum mereka, dan bebas menjalankan agamanya. Ketika tidak ada genjatan dari Turki atau Afrika, Castile memasuki Granada tahun 1492, dan “salib menggantikan bulan sabit” di menara-menara kota itu. Abu Abdullah meninggal di tempat yang telah diberikan kepadanya. Sedangkan raja Ferdinand dan Issabela melanggar syarat-syarat kesepakatan perlindungan. Di bawah komando pendeta Kardinal Ximenez sebuah kampanye untuk memaksa perpindahan agama dijalankan pada 1499. Ia menarik buku-buku Arab dan membakarnya. Orang Islam yang masih berada di Granada, diingatkan bahwa nenek moyang mereka adalah orang kristen, sehingga ia harus masuk kristen, jika tidak mau maka akan tahu akibatnya. Pada tahun 1501 semua muslim di Spanyol harus memeluk kristen, kalau tidak mereka mesti meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1556 Philip II menerapkan sebuah hukum yang mewajibkan orang Islam untuk meninggalkan bahasa, peribadatan, institusi dan cara hidup mereka. Perintah pengusiran terakhir ditandatangani oleh Philip III tahun 1609. Diceritakan bahwa sekitar setengah juta muslim meski mengalami nasip pengusiran ini dan mendarat dipantai-pantai Afrika atau bertualang hingga kedaratan-daratan Islam yang lebih jauh. Selain itu Issabela juga mensponsori pelayaran Columbus yang pertama 1492.
Ketika di Eropa terjadi suatu yang sangat menyedihkan bagi umat Islam tersebut, di Nusantara menjadi pusat perdagangan. Sedangkan tahun 1453 Turki Usmani dibawah pimpinan Muhammad II, berhasil merebut konstantinopel ibukota Romawi Timur. Pada tahun 1453 konstantinopel jatuh ke Tangan Turki serta kekaisaran Romawi Timur runtuh. Pedagang-pedagang Eropa yang berpangkalan di Venetia-Italia tidak bisa lagi membeli rempah-rempah yang sangat ia butuhkan. Baik untuk bumbu dapur, obat-obatan maupun kosmetik di Konstantinopel (Istambul). Mereka harus membelinya dengan harga yang lebih mahal dari pedagang Islam di Mesir yang telah membangun jaringan perdagangan dengan para pedagang Islam lainnya di Arab, Persia, India hingga Malaka dan Jawa. Bagaimanapun juga bangsa Eropa berupaya menyaingi dan mematahkan dominasi jaringan pedagang Islam itu, hal itulah yang mendorong mereka mencari Jalan menuju kawasan sumber rempah-rempah, yaitu Maluku. Upaya mereka di Dukung oleh penemuan teori tentang bentuk bumi dan perkembangan pengetahuan dan keterampilan di bidang pelayaran. Potugis sampai Afrika tahun 1492, sedangkan Spanyol di Pantai Timur Amerika tahun 1493, kemudian Portugis berhasil sampai di benua Asia tepatnya di India tahun 1498 dan Spanyol tahun 1520 di Filipina. Mereka bertemu di kawasan timur nusantara yaitu Maluku, Sulawesi, NTT sejak 1521. Sejak itu mereka mencari sekutu dan berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah. Usaha itu hanya dilakukan oleh Portugis kemudian Spanyol, Belanda dan Inggris walaupun motif keempatnya tidak persis sama. Portugis dan Spanyol lebih mementingkan menyebarkan agama Katolik, sementara Belanda lebih mementingkan motif ekonomi. Pelayaran Portugis dan Spanyol mendapatkn izin dari Paus Julius II, dan keduanya telah menandatangani perjanjian Tordesilas pada 7 juni 1494. Berdasarkan perjanjian tersebut pada garis meredian yang terletak 370 mil disebelah barat tanjung ferde ditarik garis khayal dari kutub utara ke kutub selatan. Wilayah disebelah barat garis diberikan kepada Spanyol dan yang disebelah timur menjadi milik Portugis.
Berdasarkan perjanjian Tordesilas itu portugis mencari jalan baru dengan berlayar kearah timur. Seorang pelaut Portugis, bernama Bartolomeus Dias berangkat dari Lisabon menyusuri pantai Afrika tahun 1487 sampai Tanjung Harapan Baik (semula bernama Tanjung Topan). Kemudian Fasco da Gama mengulangi rute Bartolomeus Dias. Setiba di Tanjung Harapan ia meneruskan pelayaran melalui samudra Hindia dan laut Arab kemudian mendarat di Kalikut, pantai barat India. Tahun 1498. Selanjutnya pelaut Portugis tersebut melanjutkan ekspansinya ke bagian timur.
Pada akhir abad ke 15, Malaka mempunyai kedudukan sebagai pusat perdagangan di Asia pada umumnya, di Indonesia pada khususnya. Pada tahun 1511 Alfonso de Albuquerque berhasil menguasai Malaka. Dari malaka Portugis mengirimkan angkatan perangnya di bawah pimpinan Antonio de Abreu menuju Maluku. Setelah membantu Ternate dalam permusuhannya melawan Tidore, Portugis meminta hak monopoli rempah-rempah di Ternate. Permintaan itu di tolak oleh Sultan Khairun karena akan berakibat harga jual rempah-rempah menjadi murah, kemudian keduanya sepakat berdamai. Tetapi ketika Sultan Khairun pergi ke Benteng Portugis untuk mengadakan perjanjian, ia dibunuh. Oleh karena itu, rakyat Ternate dibawah pimpinan sultan Baabullah bangkit menentang Portugis dan berhail mengalahkannya. Peristiwa itu menjadikan portugis terusir dari Maluku. Dan bertahan di Timor-Timor.
Dengan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dampak adanya tiga pilihan orang muslim yang ada di Eropa sangat terlihat bagi Nusantara, yaitu banyak dari orang muslim yang pindah atau hijrah ke Nusantara, selain itu orang Eropa tertarik untuk mencari daerah jajahan lagi, yang tak lain adalah ke daerah Nusantara yang menjadi pusat perdagangan karena ketika itu nusantaralah yang berperan dalam perdagangan, khususnya rempah-rempah yang mereka butuhkan setiap saat. Selain itu mereka tidak hanya memiliki keinginan untuk mencari rempah-rempah saja, namun juga menyebarkan agama Kristen.

Pesantren Tegalsari di Ponorogo.

Memang sebelum Pesantren Tegalsari telah banyak tempat-tempat untuk memperoleh ilmu agama, namun kegiatan ini belum terbentuk dalam kelembagaan. Seperti masa Walisongo. Martin berpendapat bahwa pesantren muncul bukan sejak masa awal islamisasi, tetapi baru sekitar abad ke-18 dan berkembang pada abad ke-19. Meski pada abad ke-16 dan ke-17 sudah ada guru yang mengajarkan agama Islam dimasjid yang memungkinkan pesantren berkembang dari tempat-tempat tersebut. Namun tegas Martin, pesantren baru muncul pada era belakangan. Buktinya tidak ditemukannya istilah Pesantren dalam karya-karya sastra klasik Nusantara, seperti dalam serat Centini dan serat Cebolek. Bahkan pesantren juga tidak dituliskan dalam Wejangan Seh Bari dan Sejarah Banten, dua naskah lama yang ditulis pada abad ke-16 dan ke-17.
Bruinessen berpendapat bahwa pesantren Tegalsari inilah yang merupakan pesantren awal di Jawa Timur dalam arti pesantren yang telah berlembaga pendidikan. Kiai Agung Muhammad Besari adalah pendiri Pondok Pesantren ini. Fokkens telah menggambarkan yang ada di Tegalsari, antara lain rumah-rumah berjajar rapi, pasarnya besar, dibangunnya pendopo, disekitar masjid terdapat bangunan dari bambu yang merupakan tempat tinggal sementara untuk santrinya, tempat inilah yang dinamakan pondok.
Adapun pemimpin-pemimpinnya yaitu Kiai Muhammad Besari, Kiai Ilyas, Kiai Kasan Yahya, Kiai Kasan Besari.
1. Kiai Muhammad Besari (1742-1773)
Kyai Muhammad Besari berasal dari Caruban, Madiun. Ayahnya Kiai Anom Besari dari Kuncen Caruban Madiun. Gurunya adalah Kiai Dapanura, kiai Muhammad Besari bersama adiknya menimba ilmu kepadanya. Setelah empat tahun mencari ilmu, Kiai Muhammad Besari dan adiknya ingin menjelajah kota Panaraga. Dalam perjalanannya, beliau singgah di rumahnya Kiai Nur Salim, desa Ngantub Ngasinan. Sehingga beliau menikah dengan putri sulung Kiai Nur Salim. Selama satu tahun, Kiai Muhammad Besari dan istrinya tinggal bersama Kiai Danapura di Setono. Mereka disarankan Kiai Danapura untuk membuka tanah diseberang timur sungai yang kemudian diberi nama Tegalsari. Disini beliau hidup dengan mengajarkan agama. Setelah Kiai Danapura wafat, kekuasaan di Setono pindah ke Tegalsari.
Tanggal 30 Juni 1742, istana Kartasura yang merupakan milik Pakubuwono II diambil alih oleh kaum pemberontak, yaitu pemerintah Belanda. Sehingga Pakubuwono II dan rekannya Tumenggung Wiratirta melarikan diri kearah timur, yaitu Madiun dengan tujuan untuk mencari pendukung untuk merebut kembali wilayah kekuasaannya. Mereka melanjutkan perjalanan ke Panaraga, melewati desa Tamanarum, Setono, Karanggebang dan Sawo. Hingga mereka mendengar adanya ulama terkenal di desa Tegalsari, yaitu Kiai Muhammad Besari. Mereka minta bantuan kepadanya, dan diterima Kiai dengan penghormatan. Pangkubuwono meminta Kiai membantunya untuk merebut kembali istananya. Jika berhasil, mereka akan menghadiahi Kiai, yaitu membebaskan Tegalsari sebagai tanah perdikan yang tidak dipungut pajak sampai turun temurun agar pelaksanaan pendidikan agama tetap terjaga dan Kiai Muhammad Besari dapat mendidik pemuda-pemuda menjadi ulama. Sedangkan adik Kiai Muhammad Besari, Kiai Bagus Harun mendapat anugrah tanah perdikan di desa Sewulan Madiun. Setelah itu Tegalsari menjadi semakin terkenal. Sebuah masjid juga dibangun.
Pada masa tersebut, lembaga pendidikan di Tegalsari sudah berkembang seperti Pesantren. Menurut Hanun Asrohah, yang mengutip dari Fokkens, pada masanya sudah banyak pemuda-pemuda yang datang dari tempat jauh untuk belajar ke Tegalsari ini. Kiai Muhammad Besari meninggal pada tahun 1773. Hal ini menjadikan santri-santrinya resah, karena ditinggal sosok Kiai yang telah mendirikan pesantrennya tersebut.
2. Kiai Ilyas (1773-1800 M)
Setelah meninggalnya Kiai Muhammad Besari, kepemimpinan digantikan oleh anaknya yang paling tua, yaitu Kiai Ilyas. Selain menggantikan ayahnya sebagai pemimpin dipesantren, beliau juga menggantikannya sebagai kepala desa. Pada masa ini jumlah santri lebih sedikit daripada masa Kiai Muhammad Besari, karena Pesantren Banjarsari dan Pesantren Sewulan juga termashur.

3. Kiai Kasan Yahya (1800)
Kiai Kasan Yahya adalah anak tertua dari Kiai Ilyas. Sayangnya Kiai ini tidak memiliki kecakapan untuk mengelola Tegalsari. Sehingga ia membiarkan tegalsari terbengkalai dan mengalami kemunduran. Dengan demikian, ia digantikan oleh kiai Kasan Besari, saudaranya. Ketika Kiai Kasan Besari diangkat menjadi pengganti dari saudaranya, Kiai Kasan Yahya, ia menjabat sebagai naib di masjid Tegalsari.
4. Kiai Kasan Besari.
Menurut Fokkens, Kiai Kasan Besari memimpin Tegalsari selama enam puluh tahun. Kiai ini terkenal dengan kedalaman ilmu dan kesaktiannya. Pada masa ini Tegalsari mengalami kemajuan, banyak santri yang datang untuk menimba ilmu dan alumninya terkenal dengan santri yang memiliki kelebihan dalam kesaktian. Salah seorang yang belajar disini, yaitu Abdul Manan yang mendirikan Pesantren Tremas yang merupakan pesantren tertua di Jawa Timur juga. Salah satu pengasuh pesantren Sidaresma juga ada yang menimba ilmu di Tegalsari, yaitu Kiai Mujahid.
Pada tanggal Sembilan Januari 1862 Kiai Kasan Besari meninggal dunia dalam usia seratus tahun. Yang meninggalkan sepuluh anak. Setelah meninggalnya Kiai Kasan besari, wilayah Tegalsari dipimpin oleh kiai kasan anom, yang merupakan putra tertua Kiai Kasan Besari dari istri pertamanya. Namun semenjak Kiai Kasan Besari wafat, Tegalsari mengalami kemunduran.
B. Pesantren Sidaresma di Surabaya.
Pesantren ini didirikan oleh keturunan Arab dari Hadramaut. Sayyid abd al-Rahman Basy-Syaiban, yang datang ke Jawa dan menikah dengan salah satu putrid sultan Cirebon, namanya Khadijah. Tidak diketahui pasti kapan Sayyid Abd al-Rahman Basy-Syaiban datang ke pulau Jawa. Menurut Berg, dalam bukunya Dr. Hanun Asrohah mengatakan bahwa beliau datang pada abad ke 18 M lalu menikah dengan putri dari salah satu sultan Cirebon. Awalnya mereka menetap di Surabaya lalu ke Pekalongan. Nampaknya ada keluarganya yang menetap di Surabaya.
Cerita masyarakat Majaagung, mengatakan ada tiga cerita. Pertama menyebutkan bahwa Sayyid Sulaiman berasal dari Kanigoro Pasuruan, sehingga memperoleh sebutan mbah Kanigoro. Kedua, disebutkan bahwa Sayyid Sulaiman berasal dari Gunung Jati Cirebon. Kemudian pindah ke Pasuruan. Ketiga, Sayyid Sulaiman berasal dari sidaresma Surabaya. Ketiga versi cerita tentang Sayyid Sulaiman tersebut memiliki korelasi dengan informasi Berg tentang keturunan imigran dari Hadramaut yang menikah dengan salah seorang putri dari keratin Cirebon. Dan informasi dari keturunan Sayyid Sulaiman dari Sidaresma Surabaya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendiri pesantren Sidaresma adalah keturunan Sayyid Abd al-Rahman Basy-Syaiban dari hadramaut yang menikah dengan putrid dari keratin Cirebon.
Sayyid Sulaiman pernah berguru di Batara Kathong Panaraga. Disana beliau belajar tentang Islamdan terkenal dengan ilmu kesaktiannya. Setelah itu beliau pulang dan berdakwah. Jejak Sayyid Sulaiman diteruskan oleh putranya yang bernama Ali Akbar. Ia tinggal di Sidaresma dan memberikan pengajaran. Jejak yang dirintis oleh ali Akbar diteruskan oleh Ali Ashgar. Putra Ali Ashgar, Mujahid, menimba ilmu di pesantren Tegal Sari. Kiai Mujahid kemudian menggantikan ayahandanya sebagai penerusnya di Sidaresma. Penerus kiai Mujahid adalah K.H Abd. Qhohar.
Pada abad ke-19 M pesantren sidaresma ini terkenal, pesantren ini merupakan salah satu pesantren terbesar di jawa. Pesantren ini terkenal dengan ilmu kesaktiannya. Kiai Hasan Mukmin yang pernah memberontak pemerintah colonial memiliki kesaktian yang luar biasa dan Kiai hasan ini memiliki hubungan yang dekat dengan Pesantren Sidaresma.
C. Pesantren Tremas di Pacitan.
Pesantren Tremas berada di desa Tremas, kecamatan Arjosari, kabupaten Pacitan. Tepatnya pada kilometer 11 disebelah utara kota Pacitan. Kota Pacitan adalah kota di Jawa Timur yang terletak paling barat. Sebelah selatan berbatasan dengan samudra Indonesia. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Wanagiri Jawa Tengah. Sebelah utara berbatasan dengan Panaraga dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek.
Pacitan termasuk daerah yang berada di tepi pantai selatan yang berupa batu kapur sehingga tanahnya tandus. Meski demikian kabupaten Pacitan terkenal dengan Pesantren yang ada di daerah tersebut, yang tak lain adalah Pesantren Tremas yang berada di desa Tremas. Seperti pesantren-pesantren yang lainnya, pesantren Tremas ini berawal dari pengajian-pengajian biasa yang menjadi besar karena kegigihan para Kiainya.
1. K. H. Abd al-Manan.
K. H. al Manan adalah putra seorang Demang dari Semanten, yaitu R. Ngabehi Dipomenggolo. Ia pernah menempuh pendidikannya di pesantren Tegal sari Panaraga pada masa Kiai Hasan Besari. Ia menikah dengan putri Demang Tremas R. Ngabehi Honggowijoyo, paman Abd al Manan. Kemudian ia diminta untuk pindah dan membangun pesantren di Tremas. Maka dibangunlah masjid dan pondokan di sebelah selatan masjid Tremas.
2. K.H Abd Allah (1862-1894)
Setelah Kiai Abd al Manan wafat, kepemimpinan pesantren diserahkan kepada putra kiai, yaitu kiai Abd Allah. Pada masanya pesantren Tremas semakin berkembang. Jumlah santrinya semakin banyak. Santri-santri yang berasal dari luar Pacitan juga berdatangan seperti dari Solotiga, Purwarejo dan Kediri. Kiai Abdullah pernah menuntut ilmu ditanah suci, maka putra-putranya pun mengikuti jejaknya dengan menuntut ilmu ditanah suci. Muhammad Mahfudzh adalah putra pertama yang beliau kirim untuk menuntut ilmu ditanah suci berbarengan dengan musim haji. Ia menuntut ilmu dibawah asuhan Kiai Abu Bakar Syatha.
3. Kiai Dimyati (1894-1934)
Setelah Kiai Abd Allah wafat, kepemimpinan pesantren diserahkan kepada putranya, Kiai Dimyathi. Pada masa inilah pesantren tremas mampu mengeluarkan kader-kader ulama yang kemudian mempunyai peranan besar dalam perkembangan pendidikan Islam. Kejayaan pesantren pada masa ini dilanjutkan oleh Kiai Hamid Dimyathi. Pada masa inilah pesantren Tremas merupakan pesantren yang Berjaya dan pada masa Kiai Hamid Dimyathi inilah merupakan puncak kejayaan pesantren Tremas Pacitan. Pesantren ini mampu mencetak para tokoh yang berpengaruh dalam masyarakat seperti Kiai Ma’sum dari pesantren al Hidayah Lasem, Kiai Kholiq Hasyim dari Pesantren Tebuireng Jombang, Kiai Harun dari pesantren Darunnajah Banyuwangi dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pesantren di Jawa Timur dimulai dari Pesantren Tegalsari yang ada di Panaraga pada tahu 1742 M. Pesantren ini didirikan oleh Kiai Muhammad Besari, dan dilanjutkan oleh generasi-generasinya dari sistem keturunan. Pada masa Kiai Muhammad Besari, pesantren ini telah mengalami kemajuan, namun setelah meninggalnya Kiai Muhammad Besari, pesantren ini mengalami kemunduran, apalagi masa Kiai Kasan Yahya. Pemimpin-pemimpinnya yaitu Kiai Muhammad Besari, Kiai Ilyas, Kiai Kasan Yahya, dan Kiai Kasan Besari. Pada masa Kiai Kasan Besari pesantren ini mulai tumbuh kembali dengan banyaknya peminat yang ingin menimba ilmu di sini.
Selain pesantren Tegal sari yang ada di Ponorogo, di Jawa timur juga ada pesantren Sidaresma yang berada di Surabaya. Pesantren ini didirikan oleh Sayyid Abd al-Rahman Basy-Syaiban yang diduga berasal dari keturunan Hadramaut.
Di daerah ujung selatan jawa Timur juga ada pesantren, yaitu Pesantren Tremas yang terletak didesa Tremas, kecamatan Arjosari, kabupaten Pacitan. Pesantren inilah yang mampu mencetak alumni-alumni yang berperan dalam masyarakat. Seperti Kiai yang berasal dari Pesantren al Siraj, yaitu Kiai Muhammad Siraj. Kiai ini belajar di pesantren tremas sebelum mendirikan Pesantren Siraj di Surakarta. Selain itu juga ada Kiai Mahrus Ali yang ada di Pesantren Lirboyo Kediri.

buku Islam di kawasan kebudayaan Arab

Mufrodi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Litera Nusa, 2003.
Buku ini membahas tentang Sejarah Perkembangan Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Timur Tengah). Di mulai pembahasan awal mula kawasan kebudayaan Arab, dilanjutkan proses arabisasinya, baik di Makkah maupun Madinah. Diakhir buku terbitan Anika Bahagia ini menjelaskan tokoh-tokoh pemikiran Islam Modern, seperti Muhammad ibn Abdul wahab, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rosyid Ridha.
Sejarah perkembangan Islam di Kawasan kebudayaan Arab (Timur Tengah) sangat menarik dan penting untuk dikaji, karena disanalah Islam terlahir, berkembang dan menyebar diseluruh pelosok dunia. Selain itu disanalah letak kota suci Makkah dan Madinah yang menjadi pusat peribadatan dan “kiblat” umat Islam.
Yang dimaksud dengan sejarah Islam di kawasan kebudayaan Arab adalah kegiatan umat Islam yang berada dilingkungan kebudayaan Arab yang meliputi wilayah Timur Tengah, yakni Negara-negara Saudi Arabia, Mesir, Syiria, Palestina, Yordania, Libanon, Irak dan Yaman. Ditambah kawasan Teluk Persia yang meliputi Oman, Bahrain, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Selain itu disusul Negara-negara dari afrika Utara, yaitu Maroko, Aljazair, Tunisia dan Lybia.
Sebelum membicarakan panjang lebar tentang wilayah tersebut haruslah diketahui terlebih dahulu apa yang disebut sebagai kawasan kebudayaan Arab dengan cirri-ciri khas yang membedakan wilayah yang lain. Cirri-cirinya antara lain adalah penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pergaulan hidup sehari-hari dan bahasa ilmiyah sebagai bahasa pengetahuan, sehingga orang yang tidak beragama islampun juga memakai bahasa Arab, karena ia tinggal di kawasan berbahasa Arab. Seperti orang-orang yang berdiam di Arab Libanon yang beragama Kristen. Dengan demikian, budaya Arab tidak mesti Islam, dan budaya Islam tidak mesti Arab. Demikian kita, yang berdiam dikawasan Nusantara, kita menggunakan budaya melayu, meskipun kita beragama Islam.
Ciri dari segi fisik, mereka juga mempunyai cirri-ciri khusus. Orang-orang yang berasal dari kawasan kebudayaan arab, mempunyai postur tubuh tegap, besar, tinggi, berambut keriting, dan berhidung mancung. Kondisi geografis mereka juga membedakan dengan letak wilayah yang lain, yang memiliki ciri-ciri kas tertentu dengan segala tetumbuhan ataupun binatang yang hidup dikawasan tersebut. Seperti padang pasir yang luas, sedikit curah hujan dikawasan itu, dan banyak gunung berbatu.
Pembahasan dalam buku ini dibagi menjadi sepuluh bab, yang pertama adalah pendahuluan, merupakan pengantar bagi studi sejarah Islam dikawasan kebudayaan Arab yang telah dipaparkan seperti sebelumnya. Bab kedua meliputi kehidupan Nabi Muhammad saw. dalam periode Makkah, sedangkan bab ketiga mencakup hijrahnya Nabi saw. dari Makkah ke Madinah. Bab keempat membahs periode Khulafaur rosyidin, dan bab kelima membicarakan tentang Bani Umaiyah. Bab keenam menjelaskan tentang Bani Abbasiyah, dan bab ketujuh membahas dinasti-dinasti selain Abbasiyah dikawasan kebudayaan Arab. Bab kedelapan memuat tentang masa kekuasaan Mongol menyerbu kawasan kebudayaan arab. Sedangkan bab kesembilan menerangkan Negara-negara Arab modern dan bab terakhir, yakni kesepuluh membahas perkembangan pemikiran Islam Arab modern.
Mengenai periode Makkah, penulis menjelaskan terlebih dahulu tentang asal-usul bangsa Arab. Dengan mengutip Koentjaraningrat dalam bukunya “Pengantar Antropologi” dikatakan bahwa sebenarnya bangsa arab termasuk ras tau rumpun bangsa Caucasoid, dalam sub ras mediteranian yang anggotanya meliputi wilayah sekitar laut tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia dan Irania. Dilanjutkan tentang agama mereka, sebenarnya penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam. Yang paling terkenal adalah menyembah berhala. Ada juga yang menganut agama Masehi. Setelah itu dijelaskan silsilah Nabi, Muhammad lahir dari ibundanya Aminah yang telah menikah dengan Abdullah, namun Abdullah telah meninggal sebelum Nabi lahir. Setelah dewasa dan menikah dengan ibunda Khadijah beliau merasa prihatin dengan melihat kegelapan yang mengitari bangsa Arab. Dengan demikian beliau bertahannust atau menyepi di gua Hira’. Disanalah beliau mendapat wahyu yang pertama. Awalnya beliau berdakwah kepada keluaga dulu secara diam-diam, dan akhirnya didakwahkan secara terang-terangan. Orang-orang Quraisy tidak suka dengannya, sehingga mereka dilecehkan. Akhirnya Nabi melakukan hijrah ke Madinah. Disana Nabi meletakkan dasar-dasar Islam, yang pertama adalah mendirikan masjid untuk beribadah bersama. Yang kedua yaitu mempersaudarakan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin. Dasar ketiga ialah perjanjian untuk saling membantu antara kaum muslimin dan bukan muslimin dan dasar keempat adalah meletakkan landasan berpolitik, ekonomi dan kemasyarakatan serta musyawarah sebagai pemecah masalah.
Masalah kaum muslimin yang telah hijrah ke Madinah dengan kaum Quraisy belumlah selesai, sehingga muncullah peperangan-peperangan meskipun mereka sudah pindah di Madinah. Peperangan-peperangan tersebut antara lain perang Badr, perang Uhud, perang Khandag dan perang Mu’tah, perang Hunain, serta perang Tabuk.
Buku ini juga membahas akhir hidup Rosulullah. Rosulullah wafat tiga bulan setelah melakukan haji Wada’, beliau sakit demam yang tinggi, hingga wafat. Sebelum wafat beliau menunjuk Abu Bakr untuk menggantikannya menjadi imam sholat. Akhirnya beliaupun wafat pada tahun ke-11 H, hari senin tanggal 13 Robi’ul Awal dan dimakamkan diruangan rumahnya sendiri, disamping Masjid Madinah dalam usia kurang lebih 63 tahun.
Setelah Nabi wafat, maka kepemimpinan di gantikan oleh kholafaur Rosyidin yaitu Abu Bakar, Umar ibn Khottab, Usman ibn Affan dan Ali ibn Abi Tholib. Mereka memimpin Islam selama tiga puluh tahun, dan dilanjutkan oleh Dinasti Bani Umayah. Pendiri dinasti ini adalah Muawiyah bin Abu Sufyan setelah ia mendapatkan keputusan dari tahkim. Selain itu ia juga mendapat dukungan yang kuat dari Suriah dan keluarganya sendiri, ia sebagai administrator sangat baik dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting, dan ia memiliki sifat negarawan sejati.
Setelah Dinasti ini diperintah oleh tiga belas pemimpin, akhirnya mengalami keruntuhan juga. Karena adanya pertentangan keras antara suku-suku Arab, yaitu arab Utara dan Arab Selatan karena para Kholifah cenderung memihak salah satu dan menafikan yang lain. Alas an kedua, karena ketidakpuasan orang-orang mawali (pemeluk Islam non Arab) terhadap kholifah yang tidak memberinya hak-hak dan kedudukan dalam Negara. Dan yang ketiga karena adanya oposisi dari kaum Syi’ah dan khawarij dan semakin kuatnya orang0orang dari Bani abbasiyah yang ingin menguasai Islam.
Setelah Dinasti Umayah runtuh, maka kekuasaan digantikan oleh Dinasti Abbasiyah. Dinasti ini memiliki kholifah sebanyak 37 orang dan didirikan oleh Abul Abbas as-Saffah. Setelah mengalami kejayaan pada masa harun Ar-Rosyid, Dinasti ini mengalami kemunduran karena kholifah terlena dengan harta, dan lemahnya para kholifah. Disamping itu adanya dinasti-dinasti yang memerdekakan diri terhadap pemerintah pusat. Akhir kekuasaan Abbasiyah adalah ketika Mongol menyerangnya.

Masalah Dinasti selain Abbasiyah dikawasan Kebudayaan arab, Prof Ali menjelaskan bahwa di Afrika Utara, mulai dari Maroko hingga ke Mesir pada mulanya masuk kewilayah Abbasiyah. Namun kemudian berdiri dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan dari Baghdad. Di Maroko berdiri dinasti Idrisiyah,didirikan oleh Muhammad Ibn Idris yang beraliran Syi’ah. Berdiri pula Dinasti Rustamiyah di Aljazair Barat yang dipelopori oleh Abdurrohman ibn Rustam yang beraliran Khawarij Ibadiyah. Di Aljazair juga berdiri dinasti Aglabiyah, dan Sicilia. Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim ibn al-Aglab yang diberi otonomi wilayah yang sekarang disebut Tunisia oleh kholifah Harun ar-Rosyid. Berdiri pula Dinasti Ziriyah dan Hammadiyah di nafrika Utara sebelah tengah (Aljazair Timur) dengan ibukota Qairuwan. Al-Murabitun atau al-Murawiyah berkuasa di Maroko dan Spanyol yang didirikan oleh Abu Bakr al-lamtuni dari suku Barber Sanhajah. Al-Muwahhidun berdiri di Maroko dan Spanyol sebagai protes atas madhab maliki yang kaku. Pendirinya adalah al-Mahdi ibn Tumart. Berdiri pula Dinasti Mariniyah berasal dari bani Marin adalah suku Barber Zenata yang nomad yang menggantikan kekuasaan al-Muwahhidun di Maroko dan beribu kota di Fez. Berdiri dinasti Hafsiyah di Tunisia dan Aljazair timur.
Begitulah buku ini membahas Islam dikawasan kebudayaan Arab, tidak hanya itu yang dijelaskan, namun diakhir buku ini juga menjelaskan tokoh-tokoh pemikir Islam modern yaitu Muhammad ibn Abdul Wahab, seorang pemikir Islam yang memfokuskan pada tauhid. Jamaludin al-Afgani, yang merupakan seorang pembaharu yang paling berpengaruh di Mesir, ia menanamkan tentang ide trias politica. Muhammad Abduh, ia adalah murid al-Afgani, ia mengatakan bahwa kekalahan umat Islam karena kejumudannya, sehingga perlulah dibukanya kembali pintu ijtihad, agar umat Islam tidak patuh buta terhadap ulama.yang terakhir adalah Rosyid Rida, ia mengusulkan agar Muhammad Abduh, gurunya melakukan penafsiran terhadap Al-Qur’an. Ia juga berpendapat bahwa sebab-sebab kemunduran umat Islam adalah kejumudan dan kebekuan dan bisa dibukakan melalui pintu ijtihad.
Seperti itulah buku yang kecil namun isinya sangat bermanfaat bagi kita, khususnya yang ingin mendalami sejarah Islam. Mengenai penulis, beliau adalah Pengajar pada fakultas Adab dan program Pasca sarjana, sehingga beliau mengetahui bacaan yang bagaimana yang kita butuhkan. Dalam buku ini Islam dikawasan kebudayaan arab dikupas secara padat dan jelas, sehingga sangat cocok jika kita memerlukan referensi tentang pembahasan ini. Karya ini tidak mengandung sastra, jadi isi atau maksud yang akan disampaikan penulis akan secepatnya kita dapatkan. Dengan muatan materi yang demikian padat dan lengkap, buku ini merupakan bacaan penting bagi para mahasiswa, pengajar, pemerhati dan pengamal sejarah. Selain itu, buku ini ditulis dengan mengambil dari berbagai sumber, hingga 45 sumber.