Senin, 21 November 2011

Hijrah Nabi

HIJRAH NABI
Berawal dari kematian Muth’im, pelindung Nabi, memudahkan orang Quraisy untuk berusaha membunuh Nabi. Abu Jahl membuat strategi baru. Ia menyuruh setiap kabilah menyetorkan seorang pemuda yang kuat, dapat diandalkan dan mampu berkomunikasi dengan baik. Pada waktu yang ditentukan, para pemuda tersebut harus bersama-sama menyerang Nabi Muhammad. Masing-masing harus melancarkan pukulan hingga darahnya terkena pada semua kabilah.
Jibril datang kepada Nabi dan memberi tahu apa yang harus ia lakukan. Waktu telah sore, Nabi langsung pergi ke rumah Abu Bakr, waktu kunjungan yang tidak seperti biasanya. Melihat kedatangan Nabi pada saat itu, Abu Bakr langsung mengerti bahwa sesuatu yang penting telah terjadi. ‘Aisyah dan Asma’ sedang bersama ayahnya ketika Nabi datang. “Allag telah mengizinkan aku untuk meninggalkan kota ini dan berhijrah”. Kata Beliau. “ Bersama denganku?” tanya Abu Bakr. “Ya, bersamamu”. Kata Nabi. ‘Aisyah pada saat itu berusia tujuh tahun. Setelah mereka selesai membuat rencana, Nbai kembali kerumahnyadan memberi tahu Ali tentang keberangkatannya ke Yatsrib. Beliau menyuruh Ali untuk tetap tinggal di Mekkah sampai semua barang-barang yang dititipkan dirumahnya selesai dikembalikan dan menjaga keamanan bagi pemiliknya. Nabi senantiasa dikenal al Amin, sehingga masih banyak di percaya orang-orang kafir untuk menjaga harta benda mereka. Dia juga memberi tahu Ali bahwa Jiblil telah memberi tahunya tentang Quraisy yang akan menyerangnya.
Para pemuda yang dipilih untuk membunuh Nabi telah sepakat untuk bertemu diluar gerbang rumah Nabi saat malam tiba, namun ketika mereka sedang menunggu sampai jumlah mereka lengkap, mereka mendengar suara seorang wanita dari dalam rumah, suara Sawdah, Umm Kultsum, Fathimah, dan Umm Ayman. Hal itu membuat mereka berfikir ulang. Di antara mereka mengingatkan bahwa mereka memanjat dinding dan menerobos rumah,maka nama mereka akan tercemar karena melanggar privasi kaum wanita. Oleh karena itu mereka harus menunggu sampai korban keluar, seperti biasanya Nabi akan keluar waktu subuh dan sebelumnya.
Nabi dan Ali segera mengetahui kehadiran mereka. Nabi mengambil selimut yang biasa beliau gunakan untuk tidur dan memberikannya kepada Ali. “Tidurlah engkau ditempat tidurku! Selimuti dirimu dengan selimut Hadramiku ini! Tidurlah disana, karena mereka tidak akan mencelakakanmu”. Kemudian beliau mulai membacakan surat yang diberi nama kalimat pembukanya “Yasiin”. Ketika sampai pada kalimat “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding pula, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat”. Beliau keluar dari rumah. Allah menutup penglihatan mereka sehingga tidak dapat melihatnya. Beliau pun berlalu dihadapan mereka dan pergi.
Di tengah perjalanan Nabi berpapasan dengan seseorang yang ternyata mengenalinya. Setelah orang itu tiba di dekat rumah Nabi dan melihat sekelompok pemuda digerbangnya, ia berseru kepada mereka bahwa Muhammad yang mereka cari tidak ada disana dan baru saja pergi. Sehingga mereka cemas, dan salah satu yang tahu kamar tidur Nabi pergi mengintipnya dari jendela. Sehingga ia meyakinkan teman-temannya bahwa yang ia cari masih btidur dirumah, namun ketika fajar menyingsing, Ali bangun dan pergi ke pintu rumah masih dengan berselimut. Mereka cemas dan kembali ke kabilahnya.
Sementara itu Nabi ke rumah Abu Bakr. Mereka keluar lewat jendela belakang rumahnya tempat untanya. Nabi menunggang satunya dan yang satunya untuk Abu Bakr dan anaknya, Abdullah. Sebagaimana yang telah mereka rencanakan, mereka melewati rute menuju sebuah gua Gunung Tsawr agak keselatan, jalan kearah Yaman. Amir ibn Fuhayra penggembala yang telah di beli Abu Bakr mengikutinya untuk menghilangkan jejak. Sesampai di gua Abu Bakr menyuruh putranya untuk kembali ke rumah dan mendengarkan apa yang dibicarakan besuk di Mekkah setelah ketiadaan Nabi.
Pada malam berikutnya Abdullah bersama Asma’ kembali ke Gua membawakan makanan. Mereka melaporkan bahwa Quraysi telah menawarkan seratus ekor unta bagi siapa saja yang dapat menemukan Muhammad dan membawanya kembali ke Mekkah. Orang-orang Quraysi mencoba mencari ke seluruh arah. Mereka pergi kea rah gua Tswar. Namun hari ketiga, mereka terkicaukan oleh burung merpati yang menggelapakkan sayapnya di luar gua. Nabi menoleh Abu Bakr dan berkata, “Jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita”. (QS. 9;40). Mereka kini mendengar derap langkah kaki yang semakin mendekat dan kemudian berhenti. Orang-orang Quraysi berhenti di depan gua. Mereka semua sepakat tidak masuk ke Gua karena tidak mungkin ada orang di dalamnya. Kemudian mereka berbalik ke jalan yang mereka tempuh saat mereka datang. Setelah itu Nabi dan Abu Bakr pergi kemulut gua, disana, di depannya hampir menutupi jalan masuk, ada pohon akasia, dan dicelah antar pohon dan dinding gua terdapat seekor laba-laba telah membuat sarangnya. Selain itu juga ada burung merpati yang duduk seakan mengerami telurnya. Setelah itu Abdullah, Asma’ dan Amir pergi kembali. Asma’ telah membawa makanan, namun ia lupa tidak membawa ikat pinggang. Karenanya, ia melepas ikat pinggangnya dan membaginya menjadi dua. Yang satu untuk mengikat tas dipelana ayahnya dan yang satu untuk dirinya sendiri. Karena peristiwa inilah ia dijuluki “Wanita dua ikat pinggang”. Lalu Abu Bakr menawarkan unta yang terbaik untuk Nabi, namun beliau tidak mau dan hanya mau jika beliau membeli unta tersebut. Nama unta tersebut adalah Qashwa’. Pemandu jalan mengarahkan mereka ke barat dan agak ke seletan sampai mereka tiba di pantai laut merah. Yatsrib berada disebelah utara Mekkah. Dalam perjalan mereka bertemu dengan Thalhah sepupu Abu Bakr yang dari Syiria. Tidak lama setelah pertemuannya dengan Thalhah, mereka melanjutkan perjalanan dan menuju ke pedalaman dan pantai, kemudioan ke timur dan akhirnya menuju Yatsrib. Pada hari ke dua belas, mereka sampai di lembah Aqiq. Sebelum mereka sampai ke puncak, matahari telah naik dan menyengat. Namun, mereka tetap memutuskan untuk menaiki bukit terakhir. Akhirnya mereka melihat daratan yang dimimpikan nabi, daerah yang subur diantara dua jalur batu-batu hitam. Tempat terdekat itu adalah Quba’. Nabi menyuruh pemandu untuk langsung membawanya ke bani ‘Amr. Kota itu segera dikenal diseluruh Arab. Ketika Nabi tiba di quba’, ia di sambut dengan gembira dan berkata, “ Hai orangt-orang Quba’, sambutlah satu sama lain dengan salam, berilah makan yang lapar, sambunglah silaturrahmi, salatlah disaat orang-orang telah tidur, jika kalian melakukannya kalian akan masuk surge dengan kedamaian”. Diputuskan Nabi tinggal bersama Kulstum. Selama tiga hari selanjutnya Ali datang dan membawa barang-barang yang dititipkan kepadanya bagi para pemiliknya.
Nabi tiba di Madinah pada hari senin, 27 September 622 M. beliau hanya tiga hari di Quba’ dan mendirikan masjid pertama di sana. Jumat pagi, beliau meninggalkan Quba’. Siang harinya, beliau melakukan salat bersama bani salim dari suku Khazraj yang telah menunggunya dan ini merupakan salat jumat pertama. Tiodak pernah ada hari yang penuh kebahagiaan seperti itu. “Selamat datang wahai nabi Allah, selamat datng wahai Nabi Allah”. Begitulah luapan kegembiraan yang diucapkan berulang-ulang. Unta nabi tetap berjalan meskipun banyak sekali orang yang memegangnya. Akan tetapi Nabi hanya memberkati mereka, “Biarkan unta ini berjalan, karena ia berada di bawah perintah Allah”. Qashwa’ memilih di tempat salat As’ad, ia masuk dan berlutut. Nabi turun dan berkata, “Inilah, InsyaAllah tempat kediamanku”. Beliau kemudian tanya, milik siapa tempat itu. Itu adalah milik dua orang anak yatim piatu, Sahl dan Suhayl. Keduanya berada di pengasuhan as’ad. nabi bertanya, apakah mereka bersedia menjual tanahnya dan meminta mereka menyebutkan harganya. Abu ayyub menjadi orang pertama yang berbaiat dalam aqobah kedua. Ia dan istrinya kini naik kebagian atas dan memberikan lantai bawah untuk Nabi. Qashwa’ membawa ke halaman rumahnya. Nabi menyuruh agar dihalaman rumahnya dibangun sebuah masjid seperti di Quba’. Kaum muslimin di Madinah diberi julukan oleh Nabi dengan Anshar, yang berarti penolong, sedangkan kaum muslimin dari Quraysi di beri julukan Muhajirin, yang berarti orang yang pindah.
sumber : Muhammad karya Martin Lings

Tidak ada komentar:

Posting Komentar