Kamis, 10 November 2011

Melirik Pahlawan kita

Mungkin kita telah mendengar kata pahlawan sejak kita duduk di kelas satu SD, bahkan masih TK. Namun apakah kita telah mengetahui makna pahlawan itu sendiri? Sebenarnya sangat banyak sekali ahli-ahli sejarah maupun ilmuwan-ilmuwan yang lain yang mengutarakan pendapatnya tentang apa itu arti pahlawan. Seseorang dapat disebut sebagai pahlawan apabila dia dengan segenap keikhlasan berkorban berusaha mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik. Dari definisi ini, kita dapat melihat ada dua kata kunci, yang pertama yaitu keikhlasan berkorban dan yang kedua mengubah keadaan menjadi lebih baik.
Kata kunci pertama keikhlasan berkorban mencakup beberapa hal. Pengorbanan seorang pahlawan tidak selalu identik dengan pengorbanan harta atau nyawa yang dilakukan oleh para pahlawan perjuangan kita mewujudkan kehidupan bangsa yang lebih baik yaitu kehidupan yang merdeka. Seorang pelajar yang giat belajar saja sudah dapat disebut sebagai pahlawan karena dia telah berkorban waktu keluar dari zona kenyamanan dia untuk bersantai-santai dan bermain ke zona ketidaknyamanan mengerutkan kening mempelajari setiap pelajaran. Seorang pelajar yang giat belajar tersebut juga berusaha mengubah keadaan menjadi lebih baik karena dengan belajar ilmunya kelak dia dapat mengubah takdir dirinya, keluarganya, bahkan bangsanya menjadi lebih baik. Seorang jaksa juga bisa disebut sebagai pahlawan apabila dia menolak disuap untuk memenangkan suatu perkara peradilan. Sebaliknya dia akan disebut sebagai pengkhianat apabila menerima suap tersebut. Bukan perkara mudah untuk menolak suatu suap. Butuh iman yang sangat kuat untuk menolak uang miliaran rupiah yang besarnya jauh berkali-kali lipat dari gaji yang diterima tiap bulan. Dengan penuh ketekadan untuk selalu berbuat adil dan menganggap suap adalah perbuatan yang merugikan banyak orang. Dengan begitu mudahnya seseorang menjadi seorang pahlawan ini hendaknya menjadikan setiap elemen bangsa kita berlomba-lomba untuk menjadi seorang pahlawan. Kesanggupan kita untuk menjadi seorang pahlawan dapat ditanyakan pada diri kita sendiri.
Dalam memperjuangkan kemerdekaan tidak ada kata-kata mudah dan gampang untuk berusaha menjadi merdeka. Semuanya itu membutuhkan pemikiran yang jernih dan sikap yang hati-hati. Disini saya ingin mengajak untuk mengingat jasa salah satu pahlawan nasional kita yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Beliau tidak lain adalah Bapak kita, yaitu Soekarno. Bung Karno itulah panggilannya, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926. Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu. Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Setelah melirik sejarah singkat Sang Pahlawan tersebut, alangkah baiknya jika kita menirunya. Meskipun kita tidak meniru sepenuhnya, namun paling tidak kita memiliki rasa nasionalisme yang mendalam terhadap Negara kita ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar