Jumat, 17 Juni 2011

Impian kasihku

Impian Kasihku
Malam ini terasa dingin. Dan aku melihatmu sedang konsentrasi pada pandanganmu sendiri, yaitu mengambil gambar teman-teman dan akan kau abadikan dalam hidupmu. Meskipun dalam gambar tersebut tiada wajah aku, namun aku selalu merasa bahwa diri ini akan selalu memilikimu. Memang jika dilihat dari tampang wajah, mungkin aku gak pantas untukmu. Jarak kita bagaikan bumi dan langit, yang jauh. Bumi ada di bawah dan diinjak-injak oleh semua orang yang pernah hidup di dunia ini. Kau bagaikan langit yang selalu terlihat, meskipun hujan lebat datang dan menghambarkan halilintar, kau tetap terlihat dan selalu diatas. Sedangkan aku bagaikan bumi, yang selalu berada di bawah. Tak ada seorangpun yang tidak pernah mengetahui aku, aku selalu dibawah, sedang dirimu selalu di atas dan sangat luas serta tampak cerah selalu, meskipun beberapa saat kau terlihat curam, namun kau akan kembali semula. Sedangkan aku selalu berwarna begini, tak pernah berwarna cerah.
Kasih, sebenarnya aku ingin sekali mengucapkan sesuatu pada dirimu. Namun akankah kau mau mendengarnya? Apakah engkau tidak malu? Apakah aku pantas mengatakannya padamu?
Saat pertama kali aku bertemu padamu, hatiku sudah merasa bahwa aku akan mendapatkanmu. Sejak aku mendengar kata-katamu yang menghembus telinga dan hatiku, aku tambah yakin kalau suatu saat aku pasti akan mendapatkan kebaikan hatimu.
Detak jantungku selalu teriringi dengan namumu. Nafas aku selalu keluar untuk menunggu dirimu. Kau selalu mengucapkan kata-kata yang aku sukai. Kau katakan bahwa percaya diri, jujur itu adalah kata-kata yang indah dan harus dilakukan. Sedangkan dalam hatiku juga seperti itu. Hatiku selalu mengatakan bahwa percaya diri dan jujur adalah kunci sukses.
Saat ujian telah tiba, kau mengatakan hal tersebut. Hatiku tambah yakin bahwa suatu saat kau dan aku pasti akan saling mengenal dan hingga kau membawa aku di tempat yang indah, yaitu surga Allah SWT. Itulah yang aku inginkan kasih. Apakah kau merasa hal yang sama dengan isi hati kecilku ini?
Ketika kau hadir dan pergi dari pandanganku, mata ini masih melihat wajahmu, meskipun kau sudah berjalan jauh. Ketika kau datang tanpa membawa apa-apa, kau dengan rela dan senang hati untuk pergi dan meninggalkan aku, hanya untuk mencari coklat buat aku. Terima kasih cintaku.
Ketika kita hanya bertujuh, aku merasa itu adalah waktu yang paling berkesan untukku dan untukmu. Kau datang dan pergi hanya untuk aku, kau berbicara bahasa Madura, namun aku gak mengerti. Kau berbicara bahasa Indonesia selalu memberi semangat untuk hati dan jantungku agar selalu senang dan gembira. Itulah yang aku rasakan kasih. Tahukah engkau? Bahwa hati ini selalu memikirkanmu? Bahwa jantungku berdetak hanya untuk Allah dan juga untukmu?
Dalam sujudku di hening-hening waktu tidur semua orang, aku selalu meminta agar aku dan engkau bisa selalu bersama, hingga bisa mencapai surga abadi.
Malam ini aku merasa senang. Kasih kau datang dihadapan aku. Itu semua tidak kusangka. Kau mendekat dengan aku, meskipun kau tidak berbicara padaku, namun hal itu sudah menjadikan aku senang dan lebih semangat untuk mendapat cinta dan kasihmu.
Kasih, masih ingatkah engkau? Ketika aku berjalan menuju kampus? Kau bertanya kepada siapa? Itu adalah aku, kau bertanya kepada diriku. Iya , kau bertanya padaku. Ketika itu aku tanpa sengaja, aku melihat wajahmu, dan ternyata itu adalah engkau. Bagaimana rasanya hatiku ketika itu kasihku. Aku sangat senang bisa bertemu dengan tidak sengaja denganmu.
Aku ucapkan salam untukmu. Kemudian kau membalasnya dengan bertanya, “Mau kemana?”, aku menjawab dengan nada yang rendah dan tersenyum, “ Mau ke kampus”. Itulah tanyamu dan jawabanku. Ku lanjutkan langkah kakiku dan kau lanjutkan minum atau entahlah apa yang kau beli di situ. Meskipun kau menikmati enaknya minum dan makan di warung pojok bersama teman-temanmu, namun ternyata kau masih melihat aku lewat dan menyapa aku. Hatiku sangat senang dan beruntunglah aku yang sudah mengenalmu ini, meski kau belum tahu bagaimana perasaan aku pada ucapan-ucapanmu, dan pada hatimu.
Ketika kita mengadakan kunjungan di pasuruan, aku merasa lebih dekat denganmu. Ingatkah engkau? Ketika salah satu temanmu menginginkan catatan khusus untuk diklat yang kita lakukan itu? Dia ingin agar seluruh mahasiswa maupun mahasiswi untuk menulis siapa yang paling di kagumi ketika di acara diklat itu. Dan akhirnya aku menuliskan namamu di atas kertas putihku. Dengan sabar aku menunggu temanku untuk menulis nama siapa yang paling ia kagumi. Karena ketika itu bolpoin aku ada di kamar, dan tidak mungkin aku mengambilnya, soalnya kamarku ada di depan. Ku sabarkan tanganku yang sudah gatal dan ingin sekali menulis namamu di kertas suciku. Waktupun selalu berjalan, tanpa kusadari temanmu sudah menyuruhku untuk mengumpulkan kertasnya dan menginginkan agar kertasnya tadi di berikan kepada orang yang dikagumi tersebut. Ku cepat-cepat menulis namamu di kertas suciku, dan aku maju mundur untuk memberikan secarik kertasku padamu, akhirnya waktu telah habis, dan kusimpan tulisan itu di sakuku. Dengan rasa ingin menangis ku berusaha untuk bertahan agar tidak mengangis dan memakluminya. Karena kertasku belum kuberikan padamu kasihku.
Tak lama kemudian temanmu tadi membacakan kertas-kertas yang ada di tangannya. Namun kertas-kertas itu bukan untuk dirinya, namun untuk dirimu, untuk dirimu kasihku. Disitu tertulis kalau kau dan orang yang menulis kertas itu adalah seperjuangan, senasip, serta seras dan sepulau yaitu Madura. Aku merasa sedih sekali, karena belum bisa memberikan kertasku kepadamu. Maaf, maaf, maafkanlah aku, tanganku yang tidak mau memberikan kertas suci itu kepadamu kasihku.
Sudah lama aku merasa ada rasa lebih untuk dirimu, namun akankah kau mengenal diriku? Jika ku melihat wajahmu, kadang aku senang, namun kadang-kadang aku juga takut, takut kalau kau tidak menerima perasaan aku.
Suatu hari aku bertemu denganmu. Tiga hari berturut-turut. Aku melihat wajah manismu. Namun yang menjadikan aku kecewa, yaitu mengapa aku tidak mengatakan yang sebenarnya kepada dirimu? Kapan aku berani tuk mengatakannya? Namun apakah aku pantas? Aku seorang perempuan yang tidak pernah mengetahui bagaimana lelaki itu? Aku tidak pernah merasakan perasaan cinta? Akankah aku yang mengatakan terlebih dahulu? Apakah itu pantas? Tidak, tidak. Itu semua gak pantas. Aku ingin kau yang mengatakan dulu, namun jika ku menginginkanmu tuk mengatakan dulu, apakah kau mau? Sedih, sedih hati ini. Baru kali ini denyut jantungku berdebar tidak seperti biasa. Kurasakan kau memang yang cocok dengan hatiku, dan akan membawaku ke surga abadi selamanya.
Beberapa hari yang lalu, ketika kau mengisi diklat di pasuruan, kau mengatakan bahwa kau ingin melanjutkan studi di luar negeri. Akankah kau meninggalkan aku? Apakah kau merasa jauh dengan aku? Apakah aku boleh ikut bersamamu kasih? Ah itu adalah pertanyaan yang tidak ada gunanya, karena kau belum tahu perasaan aku padamu.
Namun jika itu benar, kau akan keluar negeri untuk melanjutkan studimu S3, aku akan tetap setia menunggumu, jika kau juga menginginkan aku bersamamu kasihku. Namun jika kau tidak merelakan aku untuk menunggumu, apa boleh buat berarti kau tidak mengikhlaskan aku denganmu selalu.
Saat yang paling indah, ketika kau terlihat tambah baik dan tampan kasihku. Aku menyebutmu kasih, karena aku, aku, aku ingin sekali menjadi kekasihmu hingga aku meninggalkan dunia ini. Ketika itu kau sangat baik dengan aku dan teman aku. Aku dan teman ku yang hanya berdua, dan itupun cewek-cewek semua, kau menawari aku, untuk kau antar. Meskipun kau tidak jadi mengantarkan aku dan temanku, namun kejadian itu masih teringat serta selalu membekas di benakku serta memoriku.
Kasih, semoga aku dan kau bisa bertemu dipelaminan. Aku sangat berharap hal itu, meskipun aku gak tahu kau sudah mengenal aku atau belum, kau sudah punya calon untuk di pelaminan atau belum, yang penting aku sudah terlanjur merasa lebih denganmu. Aku gak tahu, kau akan memilihku atau gak, yang penting sekarang aku berharap dan yakin, bahwa suatu saat pasti kau akan mengenal aku, dan memintaku untuk menjadi pendampingmu selalu, di dunia dan akhirat kelak. Aamiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar