Rabu, 15 Juni 2011

Persia Kuno

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya semua ilmu yang ada di dunia ini bersumber dari Allah SWT. Manusia belajar ilmu dari Allah melalui tiga cara, yaitu alam semesta, diri sendiri dan melalui sejarah. Maka dari itu sangat penting mempelajari sejarah. Alam semesta, termasuk apa yang ada dalam diri manusia, mengajarkan kepada manusia tentang banyak hal. Al-quran dalam hal ini juga ada keterangannya di dalamnya. Seperti ungkapan, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, juga pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mau menggunakan akalnya”. Dan ungkapan-ungkapan lain yang senada. Sementara sejarah menuntun kita kepada ilmu pengetahuan dan pelajaran tentang apa saja yang terjadi dalam hidup di dunia ini.
Dalam makalah ini akan di paparkan tentang Persia kuno, yaitu Negara Persia pada zaman kuno, perkembangannya serta perselisihan-perselisihannya dengan kerajaan-kerajaan yang lain, seperti perselisihan dari Yunani.

B. Rumusan Masalah
A. Apa asal nama Negara Persia Kuno?
B. Bagaimana Perkembangan Kerajaan Persia?
C. Bagaimana Kekalahan Persia?

C. Tujuan.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita bisa mengetahui;
1. Asal Negara Persia.
2. Perkembangan Persia.
3. Kekalahan Persia


BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal Negara Persia
Iran adalah salah satu Negara tertua di dunia. Sejarahnya telah dimulai dari 5000 tahun yang lalu. Bukti keberadaan manusia dimasa lampau pada masa Palaelithikum awal, dipegunungan Iran telah ditemukan lembah Kerman Shah. Dan seiring dengan berjalannya sejarah panjang ini, Iran telah menjadi panggung perebutan kekuasaan berbagai bangsa. Suatu ketika bangsa Iran melakukan penaklukan dan perluasan kerajaan ke berbagai wilayah kerajaan lainnya, namun suatu saat juga menjadi obyek penaklukan bangsa lain.
Di Iran merupakan wilayah peradaban kaum Elarnit. Mereka menempati daerah barat daya Iran dari 3000 tahun yang lalu sebelum masehi. Pada tahun 1500 SM ada suku yang bermigrasi ke daerah tersebut, yaitu suku Arya. Mereka berasal dari sungai Volga, utara Laut Kaspia, dan Asia Tengah. Akhirnya suku utama dari bangsa Arya, yaitu suku Persia dan suku Medes bermukim di Iran. Satu kelompok lainnya bermukim di barat laut dan mendirikan kerajaan Medes. Sedangkan kelompok yang lain hidup di Iran Selatan, daerah yang kemudian oleh orang Yunani di sebut dengan Persis, yang menjadi asal kata nama Persia. Namun orang-orang Persia tetap menyebut dirinya sebagai bangsa Iran yang berarti “tanah bangsa Arya”.
B. Perkembangan Kerajaan Persia
Seperti yang di jelaskan oleh Ardison Muhammad dalam bukunya yang berjudul Iran, bahwa Suku Medes telah menguasai Persia selama 600 tahun SM. Bangsa Persia yang dipimpin oleh Chyrus mengalahkan kerajaan Medes pada tahun 550 SM serta membentuk Dinasti mereka sendiri (Kerajaan Achaemenid). Kerajaan Achaemenid telah mengalahkan Babylonia (sebuah kerajaan kuno yang sekarang ini masuk wilayah Irak selatan) , Palestina, Syiria, dan seluruh wilayah asia kecil hingga ke Mesir sekitar pada tahun 539 SM. Pada masa Darius, ia telah mengenalkan jalur pelayaran yang bersamaan dengan sistem mata uang logam emas serta perak. Dia juga memanfaatkan jalan kerajaan dari Sardis hingga Susa dan sistem posnya dengan tingkat efisiensi yang menakjubkan.
Pada tahun 500 SM, kekuasaannya telah membentang dari arah barat hingga ke wilayah yang sekarang dikenal dengan sebutan Libya serta kearah timur hingga sekarang menjadi Pakistan, dan dari teluk Oman di selatan sampai laut Aral di Utara. Sedangkan lembah sungai Indus juga merupakan bagian dari Kerajaan Achaemenid. Seni budaya Achaemenid memberikan pengaruh pada India. Serta dinasti Maurya di India dan pemimpinnya Asoka sangat terimbas dengan pengaruh Achaemenid.
C. Kekalahan Persia
Bangsa Persia melakukan invasi ke tempat yang sekarang menjadi wilayah Rusia selatan dan Eropa Tenggara serta hampir menguasainya, yaitu pada sekitar tahun 513 SM. Darius mengirimkan bala tentara ke Yunani pada tahun 490 SM, tetapi dikalahkan oleh bangsa Athena di Marathon. Xerxes, putra dari Darius, menginvasi Yunani di tahun 480 SM. Bangsa Persia mengalahkan tentara Sparta (Kota pada zaman Yunani Kuno yang merupakan ibukota Laconia dengan kota terpenting Peloponesus di tepi Sungai Eurotas)
setelah melalui pertempuran sengit di Thermopylae. Akan tetapi mereka mengalami kekalahan yang menyesakkan di Salamis dan di Depak dari Eropa 479 tahun SM. Setelah mengalami kekalahan di Yunani, Imperium Achaemenid melemah dan mengalami kemunduran.
Raja Alexander dari Macedonia kedaerah Mesir, yaitu kebangsa Isroil, karena ia mengetahui bahwa bangsa Mesir sedang berperang dengan bangsa Persia dan ingin membantunya, maka bangsa Mesir tidak bisa menolaknya. Akhirnya mereka ikut memerangi bangsa Persia. Alexander dari Macedonia menaklukan kerajaan Achaemenid pada tahun 334 SM setelah mengalahkan tentara Persia yang besar dalam pertempuran di Arbela. Pertempuran ini mengakhiri kekuasaan Imperium Achaemenid dan menjadi wilayah kekaisaran Alexander.
Penaklukan keseluruhan kerajaan Achemenid oleh Alexander dianggap sebagai sebuah tragedi besar oleh bangsa Iran, sebagai fakta yang direfleksikan dalam kisah epik nasional Sham Nameh, yang ditulis oleh Firdausi, seorang penyair, kira-kira pada awal abad 11 M. Lebih dari 10 tahun setelah kematian Alexander di 323 tahun SM, salah seorang panglima bernama Seleucus mendirikan sebuah dinasti yang memerintah Persia. Setelah itu, bangsa Parthian membangun kerajaan yang besar melewati Asia kecil Timur dan Asia Barat Daya. Selama pemerintahan mereka, bangsa Parthian harus berperang dengan bangsa Romawi di barat dan bangsa Khusan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Afganistan.
Sekitar tahun 224 M seorang Persia bernama Ardhasir menggulingkan kekuasaan bangsa Parthia dan mengambil alih kerajaan. Setelah lebih dari 550 tahun di bawah kekuasaan bangsa asing, orang Persia kembali memerintah Persia. Dinasti Sassanid ini bertahan selama lebih dari 400 tahun. Dalam kurun waktu itu, senib budaya Iran tumbuh subur, jalan-jalan, irigasi dan bangunan-bangunan berkembang pesat, akan tapi perang antara bangsa Persia dan bangsa Romawi terus berlanjut mewarnai sebagian besar masa pemerintahan reazim Sassanid mencapai kejayaannnya di pertengahan abad ke-6 M. Persia memenangkan beberapa peperangan dengan Romawi, dan menguasai kembali wilayah yang pernah menjadi bagian dari kerajaan Achaemenid. Tentara Persia sebenarnya telah menguasai hingga perbatasan Konstantinopel, yang pada ketika itu menjadi ibukota dari kerajaan Bizantim (Kerajaan Romawi Timur). Akan tetapi mereka disana dikalahkan dan terpaksa mengundurkan diri dari semua wilayah yang telah mereka taklukkan.
Kerajaan Sassanid jauh lebih tersentralisir dari para pendahulunya. Zoroastrianisme menjadi agama negara. Di bawah dinasti Sassanid, eksploitasi dan penindasan yang ekstrim terhadap rakyat mencapai puncaknya. Perbudakan telah melampaui batas dan memasuki masa kritis. Migrasi besar-besaran kaum tani miskin telah merambah kota-kota sebagai akibat tirani kebangsawanan feodal yang tak tertahankan. Namun, dikota–kotapun mereka masih diperlakukan sebagai budak. Penindasan yang terakumulasi itu tiba-tiba meledak dalam bentuk gerakan revolusianer di bawah pimpinan Mozdak.
Mozdak adalah seorang revolusioner besar zaman itu. Gerakannya, seperti halnya gerakan Kristen dimasa awal, yang berkembang di bawah kondisi serupa, memiliki kandungan sosialistik. Ajarannya menuntut distribusi kesejahteraan yang adil, melarang memiliki istri lebih dari satu dan memperjuangkan eliminasi kebangsawanan dan feodalisme. Gagasan-gagasan revolusioner Mazdak mengakar kuat di kalangan budak dan kaum tani miskin. Gerakannya bertahan selama 30 tahun (dari tahun 494 M hingga 524 M). Pada masa pemerintahan Raja Nosherwan, gerakan Mozdak secara brutal ditindas dan dan 30 ribu pengikutnya dibinasakan. Akan tetapi dengan adanya gerakan ini, Nosherwan dipaksa untuk melaksanakan reformasi sosial dan agraris.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Iran telah menjadi panggung perebutan kekuasaan berbagai bangsa. Iran merupakan wilayah peradaban kaum Elarnit. Mereka menempati daerah barat daya Iran dari 3000 tahun yang lalu sebelum masehi. Suku Medes telah menguasai Persia selama 600 tahun SM. Bangsa Persia yang dipimpin oleh Chyrus mengalahkan kerajaan Medes pada tahun 550 SM serta membentuk Dinasti mereka sendiri (Kerajaan Achaemenid). Xerxes, putra dari Darius, menginvasi Yunani di tahun 480 SM. Bangsa Persia mengalahkan tentara Sparta (Kota pada zaman Yunani Kuno yang merupakan ibukota Laconia dengan kota terpenting Peloponesus di tepi Sungai Eurotas)
setelah melalui pertempuran sengit di Thermopylae. Akan tetapi mereka mengalami kekalahan yang menyesakkan di Salamis dan di Depak dari Eropa 479 tahun SM. Setelah mengalami kekalahan di Yunani, Imperium Achaemenid melemah dan mengalami kemunduran.
Alexander dari Macedonia menaklukan kerajaan Achaemenid pada tahun 334 SM setelah mengalahkan tentara Persia yang besar dalam pertempuran di Arbela. Pertempuran ini mengakhiri kekuasaan Imperium Achaemenid dan menjadi wilayah kekaisaran Alexander. Sekitar tahun 224 M seorang Persia bernama Ardhasir menggulingkan kekuasaan bangsa Parthia dan mengambil alih kerajaan. Setelah lebih dari 550 tahun di bawah kekuasaan bangsa asing, orang Persia kembali memerintah Persia. Di bawah dinasti Sassanid ini, eksploitasi dan penindasan yang ekstrim terhadap rakyat mencapai puncaknya. Penindasan yang terakumulasi itu tiba-tiba meledak dalam bentuk gerakan revolusianer di bawah pimpinan Mozdak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar