Senin, 09 Mei 2011

sejarah dan Humaniora

Sejarah ialah cerita. Yaitu cerita perubahan-perubahan, peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lampau yang telah diberi tafsir atau alasan dan dikaitkan sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap.
Sebagaimana kita ketahui sejarah merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkembang dan dengan metode-metode serta standar-standar sendiri. Mempelajari sejarah merupakan suatu jenis berpikir yang tertentu yang disebut pemikiran historis. Cara berpikir historis berbeda dengan cara berpikir di dalam ilmu pengetahuan alam. Yang pertama bertujuan membangun suatu rekonstruksi yang cerdas dari masa lampau. Yang kedua cara berpikir di dalam ilmu pengetahuan alam adalah mengenai dunia disekeliling kita, mereka mendasarkan datanya pada akal pikiran (sense perception). Semuanya tersebut merupakan sedikit pengetahuan dari sejarah.
Sedangkan humaniora merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemanusiaan. Dalam makalah ini akan diterangkan tentang hubungan sejarah dengan humaniora. Yang sebenarnya antara sejarah dengan humaniora tidak begitu jauh perbedaannya.
A. Pengertian sejarah dan humaniora
Sejarah merupakan salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau, beserta segala kejadian-kejadiannya, dengan maksud kemudian menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang, serta arah program masa depan. Sejarah bisa diambil dari kegiatan manusia kota maupun desa. Pemasalahan yang menjadi bidang kajian sejarah kota sangat luas. Begitu juga di desa.
Sedangkan humaniora menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Balai Pustaka: 1988), adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya. Kategori yang tergolong dalam ilmu ini antara lain: Teologi, Filsafat, Hukum, Sejarah, Filologi, Bahasa, Budaya & Linguistik (Kajian bahasa), Kesusastraan, Kesenian, Psikologi.
B. Hubungan antara Sejarah dengan humaniora.
Disamping anggapan bahwa sejarah merupakan ilmu, kadang-kadang juga dianggap suatu bentuk sastra, suatu cabang daripada studi humaniora, suatu pembantu bagi ilmu-ilmu sosial dan suatu metode untuk lebih mengerti semua seni dan ilmu. Apakah diantara studi humaniora ataupun bentuk sastra dan ilmu tersebut, kesemuanya tidak mempengaruhi cara kerja sejarawan untuk menganalisa kesaksian yang ada sebagai bukti yang dapat dipercaya mengenai masa lampau manusia. Namun kita akan melihat bahwa jenis bukti-bukti yang dicarinya dan cara ia merangkai-rangkaikannya ada pengaruhnya. Prosedur analitis ini disebut “Metode Sejarah”. Beberapa ahli menganggap bahwa metode inilah merupakan makna satu-satunya daripada sejarah.
Cara menulis sejarah mengenai sesuatu tempat, periode, seperangkat peristiwa, lembaga atau orang, bertumpu pada empat kegiatan pokok;
1. Pengumpulan objek yang berasal dari jaman itu, dan pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, dan lisan yang boleh jadi relevan.
2. Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak otentik.
3. Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang otentik,
4. Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi sesuatu kisah yang berarti.
Beberapa ahli menganggap bahwa metode inilah yang merupakan makna utama jikapun tidak merupakan makna satu-satunya daripada sejarah. Sejarawan menggunakan metode sejarah untuk bukti yang diwariskan pada masa lampau dan mengumpulkan data yang dapat dipercaya sebanyak-banyaknya. Data itu dapat digunakan oleh para filsuf, sarjana ilmu politik, sosiologi, kritikus sastra, atau sarjana fisika untuk menyusun suatu sejarah pemikiran, sejarah lembaga politik, kebiasaan-kebiasaan sosial, sastra atau fisika. Tetapi bagi sejarawan data ini digunakan untuk menyusun deskripsi tokoh dan tempat pada masa lampau, penyajian gagasan-gagasan lampau atau sintesa daripada periode dan budaya yang telah lampau.
Perlu dijelaskan apakah ada hubungan antara sejarah dengan humaniora, maupun ilmu-ilmu sosial. Sebenarnya antara ilmu-ilmu tersebut tidak terdapat perbedaan yang patut dilebih-lebihkan. Pokok bahasannya yaitu manusia. Manusia merupakan makhluk sosial serta intelektual.
Dalam semua bidang, ilmuwan humaniora berminat pada contoh-contoh yang baik, serta norma yang baik. Sedangkan ilmuwan social lebih menitikberatkan kepada ramalan dan pengendalian. Semua ilmu tersebut juga memandang masa. Humaniora menitikberatkan pada masa lampau, dan ilmu-ilmu sosial menitikberatkan pada masa kini dan masa depan. Sedangkan sejarah juga menaruh minat kepada masa lampau.
Pada humaniora banyak membicarakan masalah pemeliharaan warisan budaya, yakni pengalaman pikiran. Adat istiadat, sopan santun, agama, lembaga, tokoh-tokoh sastra, musik, seni, ilmu dan kearifan masa lampau guna mendapatkan contoh-contoh yang unik mengenai wilayah-wilayah yang terisolasi, masa-masa yang jauh atau garis perkembangan yang khusus. Jika seorang sejarawan menganggap dirinya pengawal daripada warisan budaya, dan penafsir daripada perkembangan manusia, juga ingin memperoleh generalisasi-generalisasi yang nampaknya sah serta memberikan keterangan-keterangan yang berguna mengenai perkembangan masa kini, pikiran, sopan santun, dan lembaga, maka oleh usaha tambahan itu ia tidak berkurang kedudukannya, selaku sejarawan.
Sejarawan sebagai ilmiawan humaniora dengan sejarawan sebagai ilmiawan ilmu-ilmu sosial, tidak perlu menjadi dua orang, mereka dengan mudah bisa menjadi satu. Dan manfaat daripada yang satu itu, baik untuk humaniora maupun ilmu-ilmu sosial akan sangat bertambah. Karena adakalanya humaniora digunakan para sejarawan untuk memberikan sumbangan kepada usaha pengertian masyarakat dengan jalan menemukan hubungan-hubungan dan perkecualian –perkecualian dalam generalisasi.










BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Sejarah dengan humaniora tidak perlu dibedakan secara berlebih-lebihan, karena diantara keduanya sangat berhubungan dan berkaitan. Sejarah objeknya yaitu manusia, begitu juga humaniora objeknya manusia. Kadang-kadang sejarah dianggap suatu bentuk sastra, suatu cabang daripada studi humaniora. Walaupun demikian, meskipun hal itu benar, maupun salah tidak mempengaruhi cara kerja sejarah untuk menganalisa kesaksian-kesaksian yang ada sebagai bukti yang dapat dipercaya mengenai masa lampau.
Ilmuwan humaniora berminat pada contoh-contoh yang baik, serta norma yang baik. Sedangkan ilmuwan social lebih menitikberatkan kepada ramalan dan pengendalian. Semua ilmu tersebut juga memandang masa. Humaniora menitikberatkan pada masa lampau, dan ilmu-ilmu sosial menitikberatkan pada masa kini dan masa depan. Sedangkan sejarah juga menaruh minat kepada masa lampau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar