Senin, 09 Mei 2011

Umar bin Khatthab

Sering orang melakukan suatu pekerjaan yang kurang efektif dan tidak memikikan manfaatnya, karena mereka hanyalah sebagai kebiasaan , seperti tiap satu pekan sekali mengadakan perjalanan yang hanya untuk mencari kesibukan biasa, tanpa memikirkan dampak positif darinya.
Banyak orang ingin mengubah kehidupannya dengan mencari pekerjaan, membuat tempat tinggal atau dengan memoles penampilan fisik. Apabila seseorang tersebut memang memiliki niat yang bulat untuk mencari apa yang diinginkan, maka suatu ketika pasti akan diperolehnya.
Tapi akan anda dapati seseorang yang lebih keras namun ia bertekad untuk mengubah keyakinannya. Pandangannya terhadap nenek moyang akan terbalik. Perasaannya terhadap keluarganya juga akan berbeda, dari sebelum keyakinan baru yang diperolehnya. Untuk mendapatkan gambaran seperti ini, kita dapat melihat contoh dari kejadian-kejadian yang dialami oleh sahabat Umar bin Khathab.
Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khathab dan ibunya bernama Hantamah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan. Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan khalifah kedua didalam Islam setelah Abu Bakar As Siddiq.
Nasabnya adalah Umar bin Khathab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah.
Umar bin Khathab memilki simpati terhadap Islam, meskipun ia belum beragama Islam. Hal ini ditunjukan olehnya ketika Umi Abdullah bersama suaminya hendak hijrah, mereka berdua sangat takut ketika dipergoki Umar. Namun sebaliknya, pada diri Umar, berkata,” Semoga Allah melindungimu”, sungguh kata Umar tersebut sangat mengejutkan Umi Abdullah dan suaminya. Setelah mendengar Umar, Umi Abdollah yakin bahwa suatu saat Umar pasti masuk Islam.
“ Umar tidak akan masuk Islam, sebelum keledai Khathab mendahuluinya”. Jawaban suami Umi Abdullah terhadap istrinya. Namun terbuktilah pada suatu saat Umar memeluk Islam dengan gagap gempita. Salah satu cerita tentang Umar adalah sebagai berikut,
“ Umar pernah mengisahkan dirinya sebagai berikut, “ Kala itu aku masih jauh dari Islam. Menjadi pemabuk dan suka berkumpul disuatu tempat dengan para tokoh Quraisy. Suatu hari aku ingin menemui kawan-kawan, tetapi tak seorangpun aku temui. Dari pada terus menerus kecewa, karena tidak bertemu dengan mereka, maka lebih baik aku berthowaf tujuh atau tujuh puluh kali. Langkahku pun menuju ke masjid, tak kusangka di sana ada Rosulullah sedang sholat menghadap ke Syam. Beliau mengambil tempat di antara dua rukun (sudut), rukun hajar aswad dan rukun Yamani. Aku berkata pada diriku sendiri, “ Demi Allah aku ingin mendengarkan apa yang diucapkan Muhammad pada malam hari ini”. Agar bisa mendengar aku mendekat kepadanya, hingga saya menempelkan tubuh ke hajar aswad, dan bersembunyi di dalam tutup ka’bah. Begitu aku mendengar ayat Alqur’an, hatiku menjadi lemah, bahkan menangis, teresapi getar kekuatan Islam”.
Sedang cerita yang serupa juga di ceritakan oleh Ibnu Ishak dalam sirah rosulullahnya, demikian; “ Umar suatu kali keluar sambil membawa pedang terhunus, niatnya adalah mencari Rosulullah dan para sahabatnya yang sedang berkumpul di salah satu rumah di Sofa. Kira-kira jumlah mereka 40 orang, terdiri dari pria dan wanita. Diantara mereka terdapat Hamzah, paman Rosul, Abu Bakr asshidiq, dan Ali bin Abi Tholib.
Dalam perjalanan mencari mereka, Umar berpapasan dengan Nuaim bin Abdillah.
“Mau kemana kau Umar?” Sapa Nuaim.
“Aku mau mencari Muhammad yang telah memecah belah persatuan kita, mengacaukan ketentraman Quraisy dan mencela agama nenek moyang. Aku ingin membunuhnya”. Jawab Umar geram.
“ Demi Allah kau sangat sombong Umar. Apakah kiranya Bani Abdi Manaf akan membiarkan kau berjalan di atas bumi setelah kau berhasil membunuh Muhammad? Apakah tidak lebih baik kau tangani dulu keluargamu?”.
“Keluargaku? Ada apa dengan mereka?”. Tanya Umar.
“ Adikmu Fatimah dan suaminya telah menjadi pengikut Muhammad. Lebih adil kau habisi mereka dulu”. Jelas Nuaim.
Mendengar kabar ini bergegaslah Umar menuju rumah Fatimah. Disana ada Said suaminya, Fatimah dan Khabab kawannya.
“Suara apa yang aku dengar barusan? “. Tanya Umar kepada Fatimah dan Said. Saat itu ada Khabbab bersembunyi di salah satu ruangan.
“ Tidak ada sesuatu apapun” Jawab Fatimah berbohong demi keselamatan diri.
“Demi Allah aku telah di beri tahu bahwa kalian telah memeluk agama Muhammad”. Sangkal Umar sambil menampar muka Said. Terjadi pergulatan di antara mereka, hingga Fatimah merasa harus melerai. Mereka berusaha melindungi suaminya dari amukan Umar. Tanpa di sangka-sangka kepalan Umar melayang ke wajah Fatimah hingga berdarah. Geramlah Fatimah lalu berkata tegas,
“ Benar wahai Umar. Kami telah memeluk Islam, beriman kepada Allah dan Rosulnya. Sekarang kau boleh berbuat apa saja terhadap kami”.
Begitu Umar melihat darah bersimbah di wajah adiknya, ia sangat menyesal dan akhirnya muncullah kesadarannya.
“Serahkan lembar-lembar itu kepadaku. Aku ingin membaca apa yang telah diajarkan Muhammad”. Pinta Umar kepada Fatimah dengan suara yang lunak. Umar membaca surat Thoha. Setelah itu tiba-tiba secara drastis, suara dan sikapnya berubah, ia berkata,
“Alangkah indahnya kata-kata ini, dan begitu agung”.
Mendengar itu Khabbab keluar dari persembunyiannya, lalu berkata,
” Demi Allah, Allah telah memilih engkau dari doa Rosulullah yang di panjatkan kemarin, Allahumma jayakan Islam dengan salah satu dari dua orang, Abal Hakam atau Umar bin Khathab. Segeralah engkau menghadap beliau wahai Umar”. Umar pun menyetujui.
Memang ada beberapa cerita tentang masuknya Umar ke agama Islam, namun cerita-cerita tersebut saling berhubungan.
2. Di angkatnya Umar menjadi kholifah.
Seperti yang telah kita ketahui Umar merupakan kholifah kedua dari Khulafaurrosyidin. Sebelum Abu Bakar meninggal pada tahun 634 M/ 13 H, beliau telah menunjuk Umar sebagai penggantinya. Abu Bakar menunjuk Umar ini tidak hanya sekedar memilih, namun penunjukan kholifah dilakukan dalam bentuk rekomendasi atau saran yang diserahkan pada ummah waktu itu. Dalam penunjukan tersebut tidak ada ikatan sama sekali antara Abu Bakar dengan Ummah. Bisa saja Ummah menolak Umar menjadi kholifah jika mereka mau.
Abu Bakar menunjuk Umar ketika beliau sakit, hal ini dilakukannya karena Abu Bakar tidak mau kalau ada perselisihan serta perpecahan antar masyarakat Islam jika tidak dikondisikan, seperti yang terjadi ketika Rosulullah SAW wafat. Masyarakat ada yang setuju jika Umar menjadi kholifah, namun juga ada yang tidak setuju. Masyarakat yang setuju, karena Umar adalah orang yang memiliki kemampuan yang telah terbukti, yaitu ketika Abu Bakar akan menjadi kholifah, ia mengarahkan penduduk untuk menerima Abu Bakar sebagai kholifahnya.
Masyarakat yang tidak setuju memiliki alasan bahwa Umar adalah orang yang pemarah (mudah marah). Salah satu orang yang tidak setuju adalah Thalhah, ia telah menunjukan keberatannya kepada Abu Bakar, mengapa ia memilih Umar sebagai penggantinya, padahal ia tahu kalau Umar cepat marah.
Umar menamai dirinya sendiri sebagai kholifah kholifati Rosul, karena ia merupakan pengganti dari kholifah Abu Bakar yang menjadi pengganti dari Rosulullah. Selain itu ia juga memperkenalkan istilah Amirul Mukminin yang berarti komandan orang-orang yang beriman.
3. Perluasan wilayah oleh Umar bin Khathab
Abu Bakar menjadi kholifah hanya dua tahun (632-634M). Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri, terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab, yang tidak mau tunduk lagi kepada pemimpin Madinah. Di zaman Umar merupakan gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama yang terjadi.
Umar memperluas daerah kekuasaanya di daerah Byzantim. Dalam peperangan menyerang daerah ini bangsa Arab dipimpin oleh Abu Ubaidah. Ketika umat Islam memperoleh kemenangan di Ajnadain (634 M/ 13H) yang di pimpin oleh Kholid bin Walid, setelah itu umat Islam melanjutkan perluasan ke Palestina, yaitu daerah Byzantium. Dalam peristiwa tersebut ada tokoh riddah yang terkenal yaitu Qais bin al Maksuh al Muradi yang berada di Palestina. Sehingga Umar bin Khathab memilih Abu Ubaidah untuk menjadi pemimpin tersebut. Bukanlah merupakan permusuhan antara Umar bin Khathab dengan Kholid bin Walid, namun hal ini dilakukannya karena Umar menganggap bahwa Abu Ubaidah adalah orang yang tepat.
Pergantian pemimpin ini juga menjadi kehendak Kholid bin Walid, karena di Byzantium terdapat Qais bin al Makhsuh yang mana bisa bekerja sama dengan lebih baik dengan Abu Ubaidah tersebut. Sehingga Kholid bin Walid melanjutkan tugasnya di bawah pemimpin Abu Ubaidah.
Tugas Kholid bin Walid selanjutnya sebagai koordinator di bawah panglima Abu Ubaidah, sehingga ia bisa melakukan pukulan berkali-kali sampai jauh memasuki Syiria. Ketika Byzantium ingin melakukan serangan besar-besaran terhadap bangsa Arab, Abu Ubaidah mampu meghadapi mereka dengan kekuatan penuh dalam pertempuran Yarmuk (637 M/16 H). Pasukan Arab memperoleh kemenangan yang menyebabkan Byzantium menyerahkan Syiria sama sekali, sehingga dalam penaklukan seluruh Syiria terlaksana tanpa banyak kesulitan.
Bersama dengan adanya peperangan di Byzantium, terjadi perluasan juga di wilayah Sasaniyah (Iran). Dalam menangani perluasan di Sasaniyah ini, Saad bin Abi Waqqos di tunjuk menjadi komandannya. Dia berangkat dari Madinah memimpin pasukan sekitar 2000 orang dari anggota suku-suku, separo diantaranya adalah orang Yaman, yang secara cepat menanggapi panggilan tugas dari Umar. Dalam perjalanan ia mengangkat sekurang-kurangnya 7000 orang yang akhirnya dalam pasukan tersebut terdapat mantan-mantan pemberontak, seperti Tulaihah al Asadi, yaitu mantan Nabi palsu.
Dalam situasi ini bangsa Arab mengalami kemenangan, karena bangsa Sasaniyah tidak terlalu menghiraukan serangan dari bangsa Arab tersebut. Sehingga ketika Sasaniyah baru mau mengerahkan tenaga untuk menghadapi bangsa Arab, bangsa Arab telah melakukan serangan secara mendadak ke dalam wilayah-wilayah Sasaniyah dan akhirnya Sasaniyah mengalami kekalahan. Karena semangat bangsa Arab meningkat sedangkan bangsa Sasaniyah masih dalam persiapan. Sehingga kemenangan besar di peroleh oleh bangsa Arab dalam peperangan Qadisiyah (637 M/ 16 H). Itulah peristiwa pertama yang menandai kekalahan kerajaan Sasaniyah oleh bangsa Islam.
Ketika kholifah Umar berada di Damaskus, Amr bin Ash meminta izin padanya untuk melakukan ekspedisi ke Mesir. Dan Umar akhirnya mengizinkannya dan memberinya pasukan sekitar 3500 hingga 4000 orang. Diriwayatkan bahwa setelah ekspedisi Amr tersebut, Umar mencabut dukungannya dan memberi tahu Amr, jika saja ia belum sampai masuk ke Mesir, ia harus pulang, namun Amr telah memasuki Mesir. Perbuatan tersebut tidak dapat di artikan jika Amr tidak mengikuti perintah kholifah, namun inilah cara yang digunakan untuk mengembangkan kekuatan agama Islam. Umar dalam hal ini juga menghargai Amr, dia menanggapi Amr dengan mengirimkan bantuan kepadanya sekurang-kurangnya 8000 orang di bawah pimpinan tokoh quraisy, Az Zubair bin Awwam. Ciri dari kedua pasukan ini adalah tidak ada dari seorang anggota yang berasal dari suku-suku yang terlibat dalam peperangan riddah.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Umar bin Khathab salah satu dari keempat khulafaur Rosyidin. Dia merupakan kholifah yang sangat di takutkan oleh penduduk, karena dia suka membawa tongkat yang ditakuti para penduduk. Umar masuk Islam dengan peristiwa yang sangat menakjubkan, mulanya ia akan membunuh Nabi Muhammad, namun akhirnya ia tambah menemui Nabi dan menyatakan Islam kepadanya.
Ketika Umar ditunjuk oleh Abu Bakar untuk menjadi penggantinya setelah ia meninggal, ada masyarakat yang tidak suka dengan keinginan Abu Bakar ini, karena Umar adalah orang yang suka marah. Namun ada juga masyarakat yang bisa menerima Umar, karena mereka menganggap bahwa Umarlah orang yang pantas menjadi kholifah setelah Abu Bakar. Mereka beralasan bahwa Umar telah dengan tegas menyuruh masyarakat untuk memilih Abu Bakar ketika Nabi telah meninggal. Nah dengan kelakuan Umar inilah orang menganggap bahwa Umar adalah orang pemberani dan pantas memimpin.
Dalam upaya memperluas kekuasaan, Umar selalu menunjuk komando yang menurutnya tepat untuk menjadi komando dalam peperangan. Pada masa Umar Islam mengalami perluasan hingga di Iran, Mesir, serta di Palestina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar