Senin, 09 Mei 2011

Langkah-langkah penelitian ilmiah dalam perspektif Ilmu Pengetahuan Alam.

a. Menentukan masalah.
Langkah yang pertama ini merupakan langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian. Sebelum mengadakan penelitian harus menentukan masalah yang akan diteliti. Masalah tersebut harus diketahui dan merupakan masalah yang pasti ada atau benar-benar terjadi.
b. Kerangka berfikir.
Setelah menentukan masalah yang akan diteliti, kita memanfaatkan pengalaman-pengalaman kita dan buku-buku yang berhubungan dengan hal tersebut untuk menyatakan bahwa masalah itu benar-benar ada. Pengalaman dan buku-buku yang berhubungan dengan masalah juga membantu untuk mengetahui tentang keadaan masalah.
c. Merumuskan masalah.
Masalah disini adalah suatu pernyataan apa, mengapa, dan bagaimana tentang suatu yang akan diteliti. Lalu disusun rumusan yang tepat dengan masalah tersebut. Langkah ini memberi bantuan untuk menemukan data, yakni fakta-fakta yang cocok dengan masalah itu.


d. Penyusunan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara tentang pertanyaan yang telah ditentukan dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut belum bisa dikatakan benar dan juga belum bisa dikatakan salah, karena jawaban ini hanyalah bersifat sementara dan belum dilakukan penelitian yang berlanjut. Tetapi hipotesis merupakan dugaan sementara yang tentu saja didukung oleh pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang ada.
e. Pengumpulan data.
Pada langkah ini apa saja yang relevan dengan hipotesis dikumpulkan, untuk menunjukkan apakah ada fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Data-data bisa diperoleh dari pengalaman dan eksperimen. Observasi biasanya tidak begitu sempurna, jika tidak dilakukan eksperimen, karena pengalaman sangat terbatas. Fakta-fakta atau data-data bisa langsung dilihat oleh mata atau melalui teleskop. Kemudian semua data tersebut dikumpulkan.
f. Analisa.
Analisa merupakan pencarian pola hubungan antar variabel, atau data antar data yang memiliki nilai tidak tetap (berubah-ubah).
g. Penarikan kesimpulan.
Kesimpulan tidak dapat langsung ditentukan tanpa melalui dari data-data atau fakta-fakta untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan tersebut diterima atau tidak. Hipotesis bisa diterima, jika fakta-fakta yang telah terkumpul mendukung hipotesis. Bila fakta-fakta tersebut belum mendukung hipotesis, maka hipotesis belum bisa diterima. Kesimpulan merupakan sesuatu yang harus diuji. Pengujian-pengujian tersebut membutuhkan suatu data tambahan. Sehingga kesimpulan pada suatu saat akan mengalami perubahan secara terus menerus, maka akan diperoleh kemajuan. Suatu kesimpulan bisa dikatakan sebagai kesimpulan yang benar, jika kemajuan-kemajuan itu benar-benar telah menunjukkan bahwa semua kemajuan-kemajuan lain yang mungkin tidak berlaku terhadap pengujian berdasarkan pengalaman tersebut.
2. Alam semesta terbentuk menurut teori Big Bang.
Teori big bang disebut juga dengan teori ledakan, atau teori dedantum. Menurut teori ini terbentuknya alam semesta terjadi karena adanya suatu massa yang sangat besar, meledak dengan hebatnya, akibat adanya reaksi inti. Massa yang meledak kemudian berserakan dan mengembang dengan sangat cepat serta menjauhi pusat atau inti ledakan. Setelah beberapa juta tahun, massa yang berserakan itu berbentuk kelompok-kelompok dengan berat jenis yang relatif kecil dari massa semula. Kelompok itulah yang dikenal sebagai galaksi. Kelompok galaksi ini terus bergerak menjadi titik intinya.
Teori ini bisa diterima oleh kebanyakan masyarakat, namun juga ada orang yang tidak mau menerimanya, yaitu golongan orang-orang yang menganggap bahwa alam semesta ini adalah sesuatu yang dengan sendirinya ada dan tidak akan musnah. Bukti penting bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
3. Pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
Pembangunan berkelanjutan muncul dari kesadaran global tentang masalah-masalah lingkungan. Pembangunan yang berkelanjutan pertama diperkenalkan oleh Strategi Pelestarian Dunia pada tahun 1980. Laporan dari Komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan yang berjudul ‘Masa Depan Kita Semua’ (1987) meletakkan pembangunan berkelanjutan di agenda global. ‘Masa Depan Kita Semua’ mengartikan pembangunan sebagai pembangunan yang bisa berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Ada empat syarat yang harus dipenuhi bagi suatu proses pembangunan berkelanjutan :
• Menempatkan suatu kegiatan dan proyek pembangunan pada lokasi yang secara ekologis, benar;
• Pemanfaatan sumberdaya terbarukan (renewable resources) tidak boleh melebihi potensi lestari nya serta upaya mencari pengganti bagi sumberdaya tak-terbarukan (non-renewable resources);
• Pembuangan limbah industri maupun rumah tangga tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi pencemaran.
• Perubahan fungsi ekologis tidak boleh melebihi kapasitas daya dukung lingkungan (carrying capacity)
Salah satu contoh dari pembangunan berkelanjutan yaitu, adanya Cagar biosfer, yang merupakan kawasan yang ideal untuk menguji dan mendemonstrasikan pendekatan-pendekatan yang mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan pada tingkat regional. Jaringan Cagar Biosfer dunia memberikan beberapa contoh terbaik tentang Pendekatan Ekosistem, yang di adopsi oleh Konvensi Keanekaragaman hayati, dan saat ini sedang berjalan.
Pengurangan rumah kaca juga bisa merupakan salah satu contohnya, karena hal ini bisa mengurangi kerusakan ozon, yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan banyaknya rumah kaca, lubang ozon akan selalu melebar, namun jika rumah kaca atau sesuatu yang terbuat dari kaca dan bisa merusak lapisan ozon dikurangi, maka sedikit demi sedikit akan bisa mengurangi kerusakan ozon juga.



Daftar pustaka,
Drs. Ibnu Mas’ud dan Drs. Joko Paryono. 1999. IAD. (Bandung: Pustaka Setia)
Drs. Mawardi dan Ir. Hidayat. 2007. IAD,IBD, ISD. (Bandung: Pustaka Setia)
http://id.wikipedia.org/wiki/pembangunan-berkelanjutan
http://www.dephut.go.id/informasi/phpa/tamnas/cagarbiosfer.htm
http://bennysyah.edublog.org/2007/01/23/dasakarya-pengelolaan-lingkungan-hidup
http://www.rudyct.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar